Hmm, mengokot? Saya yakin Anda pasti bingung dengan istilah tersebut. Ternyata mengokot adalah kata baku dalam Bahasa Indonesia untuk stapling. Sedangkan alat untuk mengokot adalah pengokot, yang tidak lain dan tidak bukan adalah stapler. Kalo stapler tentunya tahu khan? Walaupun mungkin dengan berbagai istilah seperti cekrekan, jeglekan, steples, de el el.
Heran, akhir-akhir ini kok banyak mobil jatuh ya. Detik.com sudah merangkumkannya untuk kita. Anehnya (atau uniknya, atau ironisnya? mana yang tepat ya), nyaris seluruh insiden itu melibatkan mobil bermerk Honda. Cuma satu yang tidak. Insiden yang terakhir (di menara Jamsostek) malah Honda Accord menimpa Honda City Jazz. Promosi negatif bagi Honda.
Wah, baru tahu saya kalo ternyata bikin status YM berupa link itu gampang. Cukup ketik teks yang hendak ditampilkan diikuti dengan URL link nya. Contoh: “Kunjungi blog saya yach http://yahyakurniawan.wordpress.com”. Trus bagaimana caranya mengetahui apakah status tersebut sudah benar sesuai dengan yang dikehendaki? Gampang juga. Anda punya teman yang online khan? Tanyakan saja padanya. :D….
Kalau memperhatikan berita-berita media massa, setiap kali ada kasus, kecelakaan, masalah, bencana, dan hal-hal lain yang menimpa negeri Endonesa Indonesia ini, pemerintah dan pejabat-pejabat kita cenderung untuk saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Sepertinya langka melihat pejabat kita dengan “gentle” meletakkan jabatannya kalau bermasalah.
Dulu saya sama sekali gak pernah membayangkan bakal jadi penulis. Malah jaman SD dan SMP dulu, pelajaran mengarang adalah pelajaran yang paling tidak saya sukai. Lantas kenapa sekarang bisa jadi pengarang (atau mungkin lebih tepatnya penulis buku komputer)?
Berdasarkan informasi dari teman saya Okto Silaban, ada situs yang bisa digunakan untuk “ngetes” seberapa tinggi tingkat keterbacaan (ehm, terjemahan readability, tepat gak ya?) blog Anda. Situsnya ada di sini. Tapi bingung juga yach, kalau levelnya tinggi, berarti blog nya berkualitas.. atau blognya terlalu sulit dimengerti? Update: situs yang digunakan untuk memeriksa readability blog ini…
Di dunia Open Source, kayaknya memang sudah basbang memperdebatkan terjemahan free ke dalam Bahasa Endonesa Indonesia. Tapi toh nyatanya sampai sekarang masih juga banyak aktivis Linux yang berusaha mempopulerkan Linux dengan kampanye gratis.
Waktu saya memutuskan untuk “mempensiunkan” printer lama saya (Canon BJC 265SP) yang telah memiliki masa bakti 8 tahun dan menggantinya dengan Canon iP1880, salah satu pemikiran yang sempat terbersit adalah “Bisa gak ya iP1880 ini dipake di Linux?”
Mungkin memang sudah terlambat, sangat terlambat malahan. Tapi memang baru beberapa hari yang lalu saya sempat melakukan instalasi Fedora 8. Padahal DVD nya sudah ada di meja saya sejak bulan November 2007. Hiks. Tapi gak pa-pa lah. Saya tetap ingin membagikan pengalaman menggunakan Fedora 8.
