Apalah Artinya Bermain Game Bila Tak Menghibur
Salah satu hiburan yang paling memukau sejagad baru saja lewat. Ya, Piala Dunia 2014 telah berakhir dengan memunculkan Jerman sebagai jawaranya. Mereka yang tadinya tersihir pesona Piala Dunia ini lalu kembali lagi ke “kehidupan nyata”. Gegap gempita selama sebulan seolah sirna begitu saja.
Tapi barangkali tidak tepat benar bila dikatakan keriuhan sepak bola berhenti begitu saja. Di beberapa tempat masih saja terdengar suara sorak sorai penonton dan komentator yang bersemangat. Selidik punya selidik, ternyata suara-suara itu berasal dari game sepakbola yang dimainkan para maniak bola. Barangkali mereka tak rela kehilangan suasana Piala Dunia atau penggemar Argentina yang balas dendam dengan bermain melawan Jerman pada mode easy.
Bermain game sepakbola barangkali tak akan semeriah ini bila tak didukung oleh teknologi. Masih terbayang dalam ingatan saya ketika game sepakbola masih dimainkan melalui sebuah disket. Bentuk orang dan bolanya masih kotak-kotak. Pemain hanya bisa berbelok pada sudut 45 derajat atau kelipatannya. Suara sorak-sorai penonton demikian kaku.
Tetapi coba bandingkan game sepakbola sekarang.
Postur tubuh pemain, bahkan wajah, sedemikian mirip dengan aslinya. Suasana stadion begitu real, baik visual maupun audio. Gerakan, gocekan pemain, gerak tipu, sungguh membuat para pemain game akan merasa seolah dia sendirilah yang melakukannya.
Semua itu dimungkinkan karena teknologi. Dan tak bisa dipungkiri, bila bicara game, maka satu nama ini mesti disebut, AMD. Mengapa AMD?
Tentu sudah pada tahu kalau AMD adalah sebuah merk prosesor ternama. Sejak tahun 2006 AMD mulai mengembangkan proyek bernama Fusion. Proyek ini bertujuan untuk melebur CPU dengan GPU. CPU alias Central Processing Unit adalah chip yang selama ini kita kenal sebagai prosesor, sedangkan GPU adalah Graphic Processing Unit yang oleh orang awam sering disebut chip VGA.
Selama ini keduanya merupakan chip terpisah dan komunikasi antara kedua chip tersebut dilakukan melalui bantuan northbridge. Karena harus melalui “pihak ketiga”, tentu ada kekurangannya. Saya pikir pastilah akan ada waktu yang terbuang, meski itu hanya sepersekian milidetik. Belum lagi soal energi yang dibutuhkan.
Dengan leburnya dua chip tersebut menjadi satu kesatuan, maka tentunya proses terhadap perintah-perintah yang diinputkan ke dalam prosesor akan jauh lebih cepat dan efisien. Leburnya CPU dan GPU diwujudkan dalam bentuk APU (Accelerated Processing Unit). AMD mampu mewujudkan semua itu berkat akuisisi yang dilakukannya terhadap produsen GPU ternama ATi.
Berkat efisiensi APU ini, kemampuan untuk melakukan proses terhadap gerakan karakter utama game, visualisasi latar belakang yang seringkali juga bergerak sangat cepat, ditambah dengan efek suara yang memukau, menjadi sebuah untaian proses yang terpadu dan membuat semua yang tergambar di layar monitor menjadi lebih hidup dan seolah nyata.
Tentu saja game sepakbola yang disebutkan di atas hanyalah sebuah contoh. Masih banyak game lain yang akan menjadi jauh lebih hidup dan nyata dengan menggunakan APU dari AMD ini, sebut saja Tomb Raider, Call of Duty, Battlefield, dan masih banyak lagi.
Lompatan teknologi yang diusung oleh AMD ini boleh dibilang cukup jauh, sehingga tak salah bila dikatakan AMD mampu menghadirkan teknologi entertainment masa depan ke masa sekarang. Dan itu semua akan membuat nge-game menjadi terasa sangat mengasyikkan.
Tak heran bila Xbox, Nintendo, PlayStation sebagai konsol game terkemuka menggunakan AMD sebagai prosesornya.
Follow me on social media:
Kalau bukan gamer, boleh pakai AMD juga kak?
Tentu saja boleh 😀
AMD the best lah hehehe
hidup dota