|

Selamat Tinggal, Lumia 950

Saya sudah cukup lama hobi utak-atik komputer, sejak awal 90an. Berbagai sistem operasi sudah saya coba, mulai dari DOS, Windows 3.1x, Windows 95-98, hingga sekarang Windows 10, Linux macam-macam distro (sejak 1998, saat mount floppy disk saja butuh kemampuan hacker), dan Unix Sys V.

Soal aplikasi, macam-macam juga yang pernah saya coba. Khususnya untuk aplikasi office, saya sudah menggunakan WordStar, Lotus 1-2-3, ChiWriter, AmiPro, hingga Microsoft Office. Kalau pas pakai Linux ya Open/LibreOffice.

Dari pengalaman panjang saya itu, saya ternyata merasa sangat cocok menggunakan produk Microsoft. Jadi komputer saya sekarang menggunakan OS Windows 10 dan aplikasi kantorannya Microsoft Office. Sampai-sampai sayapun menulis banyak buku tentang Microsoft Office.

Soal ponsel, saya relatif tertinggal karena baru menggunakan ponsel pada tahun 2001, padahal relatif banyak teman dan saudara saya menggunakan ponsel mulai tahun 1997an. Sejak membeli ponsel pertama, saya selalu menggunakan Nokia. Pernah sekali saya membeli Samsung Galaxy Gio karena sebagai pengamat IT, tentu saya harus familiar dengan Android. Itupun akhirnya saya menggunakan dua buah ponsel dengan ponsel kedua adalah Nokia, sebuah feature phone yang lebih banyak saya gunakan untuk telpon dan SMS.

Ketika Nokia mengeluarkan produk ponsel cerdasnya dalam diri Lumia, sayapun tetap ngefans dan pake Lumia juga. Meski sekarang jadi terbalik, yang dulu mainstream sekarang jadi antimainstream. Jadi bisa dibilang, cuma sekali saya beli non Nokia, selain itu selalu beli Nokia. Lha Asus Zenfone itu? Anu, nek itu saya ndak pernah beli. (ngacir)

Trus?

Nah, dari sejarah singkat di atas, sekarang jadi pada tahu khan mengapa saya suka pakai Microsoft dan Nokia. Apalagi ketika keduanya bekerja sama dan membuat sebuah produk yang dahsyat, wah rasanya begitu sempurna.

Jadi ketika Microsoft merilis Lumia 950, nyaris tanpa pikir panjang saya membelinya. Apalagi saat dirilisnya, Microsoft membawa begitu banyak janji tentang masa depan Lumia dan Windows Phone. Saya jadi makin mantap menggunakannya. Apalagi memang Lumia 950 begitu cantik, sebuah ponsel high-end pertama yang saya beli. Beberapa aplikasi yang terlambat hadir atau malah sama sekali tidak ada di Windows Phone toh bisa tetap saya cicipi di Asus Zenfone.

Namun hanya dalam hitungan 3-4 bulan, semua berubah menjadi kegalauan. Ya, dalam beberapa waktu terakhir ini Microsoft menunjukkan tanda-tanda menyerah dalam pengembangan Windows Phone. Meskipun update masih selalu tersedia dan membuat Windows Phone makin nyaman dipakai, itu tak membuat hati saya makin tenang, justru malah makin galau dengan situasi tak menentu ini. Kalau akhirnya benar-benar “dibuang” oleh Microsoft bagaimana? Meski mungkin terlalu paranoid karena saya yakin Microsoft pasti masih akan mengembangkan Windows Phone (Windows 10 Mobile).

Akhirnya setelah melewati sebuah pergumulan panjang, saya memutuskan untuk menjual Lumia 950 saya. Mumpung masih rada “hangat” sehingga diharapkan masih punya peminat, dan lagi memang kebetulan saya ada kebutuhan. Saya pasanglah iklan di OLX.

Iklan saya pasang pada tanggal 12 Agustus 16 dan sampai tanggal 14 Agustus 16 tidak ada satupun tawaran membeli yang datang. Sebenarnya ya rada-rada senang juga sih, ya udah kalau gak laku ya saya pakai terus. Namun akhirnya tanggal 15 Agustus 16 datanglah sebuah tawaran untuk membeli dan setelah melalui negosiasi yang alot, akhirnya Lumia 950 itu terjual dengan selisih minus Rp 2.500.000,- dibandingkan saat beli. Saya lepas Lumia 950 itu dengan deraian air mata. *halah

Setelah dikurangi dana yang menjadi kebutuhan saya, akhirnya tersisalah sejumlah uang dan saya membeli sebuah ponsel lagi dari sisa uang tersebut. Sebenarnya sih kepingin beli iPhone biar tidak Android semua tapi sudah pastilah sisa uang tersebut tidak cukup jika digunakan untuk membeli iPhone baru (malas ah beli seken, bekas kena keringat orang :p ), jadi ya “terpaksa” beli Android lagi.

Supaya tidak terlalu jatuh banget kualitasnya dibanding Lumia 950, sisa uang tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membeli ponsel terbaik. Di rentang harga itu ada dua opsi yang bisa saya pilih, Zenfone series atau Xiaomi. Tapi ya masa pake hape kok Zenfone semua, jadinya saya memutuskan untuk membeli Xiaomi Redmi Note 3 Pro.

Demikian dongeng tujuhbelasan dari saya, hehe.

Follow me on social media:

Similar Posts

16 Comments

    1. Errr, no way, gak mungkin lah Xiaomi lebih apik daripada Lumia 950 (lol)
      Tapi ya memang setidaknya “menghibur”.
      Soal review, apa ya masih perlu? Sudah banyak yg mereview Redmi Note 3 khan?

  1. Redmi Note 3 (Pro) so far so good. cuma ngeselin yg di TKDN, meski bisa diakali.. 😀

    ini lama-lama Xiaomi kayak Samsung jg, banyak bet variannya~

    anyway aku malah waktu itu sempet tertatik ama Lumia 950 itu.. apalagi “janji” Windows 10 yg bakal jadi 1 platform untuk semua.

    tapi lagi-lagi pertimbangan minimnya apps di platform tersebut jadi PR utk semua Microsoft. bahkan Microsoft sampe bikin bridge agar apps Android bisa dipasang di Windows 10 (Mobile) pun kurang menarik..

    1. Blutut Asus zonk gimana? Cuma gak ngerti cara nyettingnya kali :p
      Soal iPhone, saya tunggu kirimannya. Awas kalo NATO

  2. Wah sayang ya akhirnya dilego 😀 saya sekarang malah berburu Lumia 920 ma 925 bwad diambil fitur Fotografi nya yg dewa :3 jika dikesampingkan gap aplikasi, experience make Lumia sangat memuaskan

    1. Iya sih sebenarnya. Sebenarnya saya masih sayang banget sama si 950. Cuma ya kepikiran kalo makin lama makin gak ada yg mau beli …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *