Kesan nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker

Kesan nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker – Suka tidak suka, fans atau bukan, kudu diakui bahwa Star Wars merupakan salah satu franchise film tersukses sepanjang sejarah perfilman.

Nah, sudah menjadi kodrat manusia bila ada sesuatu yang sukses, apalagi menghasilkan banyak uang bagi dia, maka dia ingin mengulanginya.

George Lucas telah melakukan hal tersebut terhadap film Star Wars, film yang sebenarnya dia sendiri tidak yakin bakal sukses. Bahkan pemutaran perdananya saja tidak dia hadiri dan dia malah sibuk dengan Steven Spielberg untuk menggagas konsep Indiana Jones.

Tidak disangka-sangka, Star Wars “meledak” dan sukses besar. George Lucas kini jadi punya uang banyak untuk membuat sekuel dari Star Wars dan akhirnya lahirlah The Empire Strikes Back dan Return of The Jedi.

Trilogi Prekuel Star Wars

Ketiga film original Star Wars sukses besar dan membuat George Lucas kaya raya. Cukupkah semua itu? Ternyata tidak!

Dua puluh tahun setelah ulang tahun film Star Wars, George Lucas membuat prekuel film Star Wars dan dibuatnya dalam trilogi juga.

Enam film, lalu George Lucas bilang sudah cukup. Tapi Disney yang kemudian mengakuisisi Lucas Film, tidak setuju. Rencana besar disiapkan untuk membuat trilogi lagi, kali ini sekuel dari trilogi Star Wars pertama.

Trilogi Sekuel Star Wars

Disney beneran merealisasikan trilogi sekuel Star Wars dan pada akhirnya, Desember 2019, lengkap sudah triple trilogi Star Wars.

Nah, kamu sudah nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker atau belum? Kalau belum, boleh lho kalau mau berhenti baca sampai di sini, karena setelah ini saya mau cerita kesan saya tentang film itu.

AWAS SPOILER! Pokoknya saya sudah kasih peringatan lho ya.

Trilogi Star Wars Original Sebenarnya Cukup

Jadi gini, sebelum masuk ke inti pembahasan tentang Episode IX, saya ingin mengatakan bahwa sebenarnya saya sangat menyayangkan dulu George Lucas membuat prekuel trilogi Star Wars.

Lho kenapa?

Ya karena itu adalah awal kekacauan dari semuanya, hingga merembet ke Episode VII, VIII, dan IX, semuanya jadi kacau. Ketiga film Star Wars klasik buat saya sudah sangat keren, sudah cukup, tak perlu ditambah lagi.

Tapi ya saya tidak bisa menyalahkan George Lucas jika dia menyimpan impian untuk menceritakan juga kisah Anakin Skywalker menjadi Darth Vader. Yach, setidaknya Episode I hingga III masih OK lah, “bau” Star Wars original masih tercium keras.

Apalagi dirilis tepat setelah restorasi trilogi original dalam peringatan 20 tahun Star Wars. Rasa kangen penggemar berat Star Wars menjadi magnet kuat yang membuat prekuel trilogi tersebut bisa dikatakan berhasil.

Sayangnya, Disney yang melihat peluang mengeruk duit dengan jualan “nama” Star Wars, gagal membuat sekuel trilogi yang Star Wars banget.

Kekacauan Episode VIII

Episode VII masih OK lah, nuansa Star Wars bawaan George Lucas masih terasa, apalagi memang itu menjadi pengenalan tokoh-tokoh baru. J.J. Abrams sebagai sutradara Episode VII tentu sangat berhati-hati supaya tidak membuat kecewa penggemar Star Wars.

kesan nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker

Namun Episode VIII sungguh hancur lebur dan J.J. Abrams sebagai sutradara Episode IX tak berdaya untuk memperbaikinya, sehingga hancur lebur pula hasilnya.

Sampai sekarang pun, masih banyak yang menganggap Ryan Johnson sebagai sutradara Episode VIII adalah “pengacau” yang bukan saja membuat cerita Star Wars keluar pakem, namun juga pembunuh karakter Luke Skywalker.

OK, semuanya sudah terjadi, tak ada gunanya mengeluh (padahal sepanjang 500 kata di atas, saya yang mengeluh ya, wkwkwk).

Kesan Episode IX

Baik, berhenti mengeluh. Sekarang saatnya saya bercerita tentang kesan nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker.

kesan nonton Star Wars Episode IX: The Rise of Skywalker

Di film ini diceritakan Rey semakin matang sebagai seorang Jedi. Begitu matangnya sampai dia memiliki kekuatan Force yang super hebat: bisa menyembuhkan luka hanya dengan memegangnya.

Kekuatan Force yang dahsyat itu juga kini mampu menghubungkan dua orang yang berbeda tempat dengan jarak jutaan tahun cahaya jadi mampu bukan saja sekadar berkomunikasi, tapi juga duel lightsaber. Ya, Rey dan Ben Solo Kylo Ren lah yang melakukannya.

Awalnya digambarkan Kylo Ren mampu merebut kalung Rey meski keduanya berbeda jarak. Tak disangka, ternyata duel lightsaber pun mampu mereka lakukan.

Buat saya aneh saja karena kemampuan seperti itu datang tiba-tiba tanpa ada penjelasan. Bahkan soal kemampuan kontak saat berbeda jarak juga berlaku untuk Luke Skywalker yang jauhnya sampai ke alam baka, karena Luke (dalam bentuk Force Ghost) mampu menangkap lightsaber yang dilempar oleh Rey.

Luke dan Leia ternyata selama ini juga tahu kalau Rey itu adalah cucu dari … Palpatine! What the …

Kenapa gak kasih tahu dari dulu?

Ya memang ini seperti mengulang Episode VI, saat Luke baru dikasih tahu jika ada Skywalker lain. Tapi itu kan alasannya masih masuk akal lah, untuk menyembunyikan Leia dari Palpatine dan Darth Vader.

Lagipula kan Leia itu Skywalker. Lha ini cucu Palpatine jeh, biangnya Sith. Keliatan banget potensi kekuatan Force-nya pula. Duh.

Nah soal Palpatine, ini juga absurd deh. Dia hidup lagi coba, bukan cuma Force Ghost-nya, tapi punya darah dan daging. Gak diperlihatkan bagaimana caranya dia bisa hidup lagi, pokoknya hidup lagi.

Entahlah, saya kehabisan kata-kata. Ini juga untuk pertama kalinya saya bosan saat nonton film Star Wars.

Jadi di dunia film itu, semati apapun sebuah karakter, entah bagaimana caranya dia masih bisa hidup lagi (kalau dianggap masih berpotensi jadi mesin uang bagi si film maker). Jangan kaget kalau suatu saat nanti, Thanos ternyata juga masih hidup di film Avenger. Itu Megatron di film Transformer juga sudah mati, hidup lagi kan?

Itu tadi adalah kekacauan yang ada di Episode IX ini. Mudah-mudahan tidak ada yang terlewat, hehe.

Sisi baiknya, seperti tercatat di judulnya, semua keturunan Skywalker mati dalam keadaan “suci” karena balik ke sisi terang.

Luke dan Leia jelas ada di sisi terang. Anakin mati di Episode VI dan sebenarnya dia itu berhasil bring balance to the Force, kalau tidak diganggu oleh Disney.

Ben Solo? Meskipun dia itu bukan Skywalker murni, tapi ya dianggap Skywalker lah, dan jelas di balik ke sisi terang dong. Prosesnya rada gampang juga sih, terditraksi panggilan Leia, ketusuk lightsaber Rey, disembuhkan Rey, lalu diajak ngobrol Han Solo yang nampak nyata, bukan sebagai Force Ghost (lha ini aneh juga), dan voila… dengan mudahnya Kylo Ren tobat dan berbalik ke sisi terang. Padahal gayanya di Episode VII dan VIII, cih.

Tapi mati lho akhirnya si Ben, karena Force punya dia “dihibahkan” ke Rey untuk memulihkannya setelah perang dengan Palpatine. Lha trus kalau Skywalker mati kabeh, dari mana “the rise”-nya?

Ya si Rey itu, di akhir film dia dengan bangga memperkenalkan diri sebagai Rey Skywalker.

Begitulah hikayat keluarga Skywalker yang satu keluarga doang mampu memporakporandakan seluruh jagad raya.

Jujur, saya sendiri memang tidak cocok dengan trilogi sekuel ini, khususnya Episode VIII dan IX. Janggal, terlalu berlebihan. Kayaknya Disney kena virus Avenger lalu tokoh-tokoh Star Wars juga dibikin jadi superhero.

Ya, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Semoga kalau mereka kelak bikin film Star Wars lainnya, gak lagi-lagi melibatkan Skywalker lah.

Kalau bikin yang memang benar-benar baru cerita dan tokohnya (meskipun latar belakang tetap Star Wars), kan mereka bebas mau mengembangkan narasi seperti apapun.

Follow me on social media:

Similar Posts

4 Comments

  1. Untuk sequel, memang lebih menarik versi unofficial-nya sih, om. Tapi versi officialnya udah rilis, 3 volume pula, ya aku nikmati aja, hehe.

  2. iya Om.. Banyak keanehan seperti Palpatine masih hidup, Han Solo bisa Force Ghost, Rey bisa menguasai ilmu jedi. Padahal kalo main game-nya, sebagai Jedi tu nggak mungkin menguasai semua ilmunya dengan sempurna.. Tapi, kisah Rey sbg cucu Palpatine sendiri sangat menarik.. Nggak nyangka aja.. Lalu kenapa dia bisa dengan enteng mengaku sebagai Rey Skywalker? Ya mungkin karena keluarga bukan berarti sedarah.. #cmiiw

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *