Laporan Euro 2012: Belanda di Ujung Tanduk

Saya kecewa! Loh kok bisa? Iya, saya mengharapkan pertandingan yang menegangkan antara Jerman vs Belanda, seperti ketika era Franz Beckenbauer vs Johan Cruyff atau Rudi Voller vs Frank Rijkaard.

Tetapi pertandingan semalam relatif adem ayem, tidak “panas” seperti biasanya. Belanda bermain sangat buruk. Jerman gembos di babak kedua.

Dan Belanda harus menerima nasib berada di ujung tanduk karena kalah dua kali berturut-turut. Ya, papan skor menunjukkan angka 2-1 untuk keunggulan Jerman.

Belanda memang lebih banyak menguasai bola, namun tak terlalu signifikan, 52%-48%. Dan sebagian besar penguasaan bola Belanda lebih banyak digunakan untuk umpan sana-sini ndak jelas. Sepertinya terjadi kebingungan di lini tengah Belanda dalam membangun serangan, mau lewat Sneijder di tengah atau lewat sayap melalui Afelay dan Robben.

Sneijder sendiri benar-benar sedang off performanya. Dalam pertandingan semalam dia benar-benar “tidak kelihatan”. Cuma sekali dia menonjol, saat melakukan gerak tipu mengecoh Boateng.

Van Persie di depan seperti terisolasi. Memang satu dua kali dia dapat umpan matang, sayang tembakannya terlalu lemah sehingga mudah diantisipasi Neuer.

Mungkin karena geregetan, Van Persie akhirnya banyak “turun” ke belakang menjemput bola. Aksinya ini menghasilkan setidaknya dua shot on goal, yang pertama dengan gemilang dipatahkan oleh Neuer dan yang kedua akhirnya berbuah gol balasan.

Jerman kebalikannya. Seperti halnya ketika melawan Portugal, mereka bermain efisien. Meski diakui banyak bermain di lapangan tengah juga, namun seperti Panzer yang menjadi julukannya, pelan tapi pasti mereka menggilas ke depan. Berkali-kali tusukan mereka membuat kocar-kacir pertahanan Belanda dan menghasilkan dua gol melalui Gomez, keduanya hasil assist Schweinsteiger.

Dengan kemenangan ini, Jerman cuma membutuhkan hasil imbang kala bertemu Denmark nanti untuk memastikan lolos ke perempat final. Sementara Belanda masih punya asa, namun sungguh sangat berat. Syaratnya, mereka mesti menang atas Portugal dan Jerman mau “berbaik hati” menghantam Denmark. Itupun harus dibarengi dengan selisih skor yang besar.

Nah, hitungannya begini: kalau Jerman dan Denmark seri, maka nilai Jerman 7, Denmark 4. Mau menang seberapa golpun terhadap Portugal, nilai Belanda cuma 3.

Kalau Belanda menang dan Denmark kalah, maka nilai Belanda, Denmark, dan Portugal sama-sama 3. Lalu bagaimana menentukan siapa yang berhak mendampingi Jerman? Sesuai dengan aturan UEFA yang bisa dibaca di sini, maka mula-mula dihitung nilai yang didapat saat ketiganya saling bertemu. Jadi nilai ketiga tim yang didapat ketika melawan Jerman dicoret. Karena semua sama-sama kalah dari Jerman, maka yang memiliki selisih gol tertinggi saat ketiganya saling berhadapan yang lolos. Kalau masih sama juga, siapa yang mencetak gol paling banyak saat ketiganya saling berhadapan yang lolos.

Jerman sendiri jangan tenang-tenang dulu. Kalau misalnya mereka kalah melawan Denmark dan Portugal menang lawan Belanda, maka Jerman, Denmark, dan Portugal akan memiliki nilai sama, 6. Karena saat ketemu Belanda mereka semua sama-sama menang, berarti imbang lagi nilainya. Jadi selisih gol yang menentukan. Bisa saja khan, Denmark dan Portugal tiba-tiba mengamuk dan menang besar?

Jadi mari kita tunggu, siapa yang bakal lolos dari grup maut ini.

 

Follow me on social media:

Similar Posts

12 Comments

  1. Ternyata masih ada tiga kriteria ini:

    position in the UEFA national team coefficient ranking system;
    fair play conduct of the teams (final tournament);
    drawing of lots.

    Kirain kalo semua hitungan sama (selisih gol dan jumlah gol memasukkan), yang lolos bakal urut abjad 😐

    Tapi tetep aja gak enak kalo yang lolos berdasarkan koefisien UEFA (kepruk)

  2. seperti aku tulis semalam, beknya Belanda lamban semua, gelandangnya gak kreatif dlm menyusun serangan dan strikernya bingung mau ngapain. ditambah lagi, Van Persie yg main jelek waktu lawan Denmark masih dipertahankan. Entah kenapa (di luar golnya di menit 73), tendangan2 Van Persie gak mengigit. Baru setelah dikasih partner (dan Van Persie harus sering turun menjemput bola ke tengah), agak mendingan.

    1. Iya yak, saya memang tidak menjagokan Belanda, tapi sama sekali tidak mengharapkan “display” yg seperti semalam (thinking)

  3. Saya juga heran, kok bisa begitu ya. Padahal sebelumnya mereka tuh hebat banget lho. Kenapa sekarang jadi kayak gini ya?

  4. saya juga kecewa, krn saya cuma nonton sepak bola kalau Belanda main, trus kalau Belanda kalah siapa yg harus saya tonton?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *