Belanda, Raja Tanpa Mahkota

Belanda adalah salah satu negara Eropa yang memiliki tradisi sepakbola yang cukup kuat. Tim yang memiliki seragam berwarna Oranje tersebut jarang absen di berbagai kejuaraan sepakbola level tertinggi seperti Piala Dunia dan Piala Eropa.

Pada debut mereka di putaran final Piala Dunia 1974, Belanda berhasil mencelikkan mata para pengamat sepakbola dengan pola bermain “Total Football” yang mereka usung. Di turnamen ini pulalah lahir maestro ulung bernama Johan Cruyff.

Di fase penyisihan grup pertama mereka mencetak dua kali kemenangan dan sekali seri dengan perbandingan gol 6-1. Di fase penyisihan grup kedua mereka makin menggila dengan mencetak tiga kemenangan, membukukan 8 gol tanpa kebobolan satupun. Kegemilangan inilah yang mengantar mereka menuju ke final bertemu dengan sang tuan rumah, Jerman Barat.

Dan nampaknya gelar juara sudah di depan mata. Bayangkan, pertandingan baru berjalan dua menit (bahkan pemain Jerman Barat belum sekalipun menyentuh bola), Belanda sudah mendapatkan penalti dan berbuah gol.

Namun Jerman Barat adalah tim bermental juara. Menit ke 25 gantian mereka mendapatkan hadiah penalti dan malah menggandakan keunggulan di menit 43.

Di babak kedua, gemuruh angin putting beliung total football Belanda menyerbu gawang Jerman Barat. Namun Sepp Maier, kiper Jerman Barat, berdiri kokoh bagaikan tembok baja menahan gempuran Belanda. Alhasil, Belanda pulang dengan tangan hampa, hanya meninggalkan nama harum sebagai tim yang bermain paling menawan.

Empat tahun kemudian, pada Piala Dunia 1978 yang diselenggarakan di Argentina, Belanda kembali menembus final. Semangat total football yang mereka tunjukkan masih tetap impresif, walau tanpa sang maestro Johan Cruyff. Namun kembali mereka harus gigit jari di final dan lagi-lagi perenggut ambisi mereka adalah tuan rumah.

Mungkin karena patah hati, dua gelaran Piala Dunia berikutnya tidak mampu mereka ikuti.

Sepuluh tahun berselang semenjak Piala Dunia 1978, yaitu pada Piala Eropa 1988 di Jerman Barat, Belanda kembali hadir pada sebuah turnamen besar. Pada awalnya justru mereka kurang impresif (maklum sudah lama tidak mencicipi turnamen besar) dan sempat kalah 1-0 melawan Uni Soviet. Mereka hanya menjadi runner-up grup di bawah Uni Soviet.

Memasuki semifinal (saat itu lepas penyisihan grup langsung masuk ke semifinal), Belanda berhasil membalas kekalahan menyakitkan mereka di Final Piala Dunia 1974 dengan menyingkirkan tuan rumah Jerman Barat 2-1. Bahkan akhirnya mereka meraih gelar juara dengan menundukkan Uni Soviet 2-0.

Belanda juga kembali melahirkan pemain-pemain kelas dunia macam Marco Van Basten, Ruud Gullit, Frank Rikjaard, Ronald Koeman, dan Hans van Breukelen.

Namun, itulah gelar satu-satunya yang mampu diraih oleh Belanda hingga saat ini.

Di Euro 2008 ini, tanda-tanda kebangkitan Belanda muncul kembali. Belanda begitu perkasa di fase penyisihan grup. Total sembilan gol mereka bukukan ke gawang ketiga lawannya dan cuma satu yang nyelonong ke gawang Edwin Van Der Saar. “Roh” total football bangkit kembali.

Tapi apa daya, penyakit mereka di tahun 1974 dan 1978 kambuh, bahkan kali ini lebih parah karena semifinal pun tak mampu mereka raih. Semalam, Rusia mengubur ambisi Belanda dengan tiga gol berbanding satu.

Yah, Belanda memang raja sepakbola, raja yang mampu mempesona dengan sepakbola indah dan menyerang. Tapi raja itu tidak memiliki mahkota, karena satu gelar Juara Eropa tidak cukup sah untuk membuat mereka dinobatkan sebagai raja, sebelum mampu meraih Piala Dunia.

Follow me on social media:

Similar Posts

6 Comments

  1. pak.. prediksinya udah 2 yang salah lho.. pertama, turkey menang. Kedua, scor ne kebalik pak.. 3 -1 untuk Rusia..
    ntar malam bisa jd spanyol menang :p~
    Ditunggu pak predikasi Final Euro ini :d

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *