ASUS Vivobook S200 Yang Stylish dan Mobile
Sebulan lebih sudah saya menggunakan si mungil ASUS Vivobook S200. Makin sering pakai, rasanya makin jatuh cinta. Dan dia mulai sering saya bawa menemani kegiatan saya. Entah itu saat pergi ke luar atau saat sekadar ingin bekerja di tempat yang bukan meja kerja biasanya.
Bentuknya yang tipis dan bobotnya yang ringan membuatnya nyaman dibawa ke mana-mana. Ndak salah kalau saya memberinya julukan si mungil. Layar sentuhnya juga mengurangi ketergantungan saya terhadap mouse sehingga si mungil ini lebih praktis untuk dibawa.
Meski ukuran layarnya hanya 11.6 inchi dan sosoknya hampir menyerupai netbook, namun karena bermesin prosesor Intel i3 dan memiliki RAM DDR3 sebesar 4GB, ASUS Vivobook S200 ini pantas disebut ultrabook. Port yang tersediapun tidak main-main karena ada 3 port USB, 1 port HDMI, 1 port VGA, 1 port RJ 45, card reader, serta 1 port socket combo yang bisa berfungsi untuk headphone maupun mikrofon.
Layaknya ungkapan kecil-kecil cabe rawit, si mungil ini benar-benar “pedas” kinerjanya. Untuk menyokong pekerjaan saya yang lebih banyak berkutat pada pengolahan dokumen atau presentasi, sambil sesekali mengerjakan pemrograman web, jelas hanya tugas ringan. Justru yang menikmati kinerja si mungil malah anak-anak saya yang menginstal beberapa game yang bisa dikategorikan kelas berat. Nyatanya saat menjalankan game-game tersebut, tidak ada “keluhan” yang dimunculkan oleh si mungil.
Gambar di atas menunjukkan salah satu game bawaan ASUS Vivobook S200, Adera.
Omong-omong soal anak, sekolah anak saya sudah mulai mempertimbangkan untuk mengarahkan konsep pendidikan ke konsep cyber school. Dalam konsep ini, anak-anak nantinya disarankan untuk membawa notebook sendiri ke sekolah. Barangkali sekolah-sekolah lain juga sudah mulai menjalankan konsep serupa.
Nah, dengan ukurannya yang ringkas dan ringan tersebut, ASUS Vivobook S200 sepertinya akan menarik bila dijadikan sarana belajar bagi anak-anak sekolah. Apalagi ASUS Vivobook S200 hadir dalam tiga pilihan warna menarik, yaitu hot pink, steel grey, dan luxury silver. Yang punya saya sih luxury silver. Dan buat anak-anak, sepertinya warna hot pink atau steel grey bakalan menarik minat mereka. Jangankan anak-anak, orang dewasapun pasti suka dengan pilihan warna tersebut.
Ada satu kemampuan si mungil yang belum sempat saya jajal secara mendalam, yaitu soal multimedia. Pada review berikutnya pasti bakal saya bahas. Nantikan ya di blog tercinta ini.
Setujuuuu ooom…
kalo aku manggil si *pedas* ini my ultraslimmy..
bener2 jatuh cinta pada pandangan pertama, pas liat di salah satu toko besar di Jogja.. lgsg bola mataku ada gambar love2 pas liat si vivo inii..
sungguh ringaan bgt,cuma 1kg-an.. dan yg pastinya touch2nya tu loh… bikin ngiri semua orang :))
Sukses deh buat kita pecinta si vivo
Tosss (drinking)
om, ini berapaan om? mahal ya om? duh, lagi butuh netbook tapi belum tau mau beli yg mana 😀
Kalo yang persis punya saya itu harganya 5.8 jutaan mbok.
Tapi si mungil punya “adik” juga kok, pake prosesor dual core dan harganya lebih murah, 4.7 jutaan.
Beli mboook, beliiiii (scenic)
Tanpa mengurangi rasa hormat, sepertinya Om Yahya perlu meninjau ulang penggunaan kata “stylish” deh 🙂
Dan itu dengan integrated Intel GPU, dijamin ga bisa mainan Diablo 3 😛
Soal stylish itu khan soal selera dhams :p ndak bisa diperdebatkan.
Soal game, ya tentu mesti milih game yang sesuai dong, “berat” di sini ya bukan berarti lalu game yg cocok buat PC dipaksa dipake di notebook. (goodluck)
Wah, di Makassar harganya yang core i3 lebih mahal, bulan lalu saya beli 6,1 jt an, karena memang waktu saya nyari jarang toko yang punya stok, kalau yang adiknya sama 4,7 jt an, tp so far puas pake nya
lagi ikut lomba ya om
Ada teman yang sudah beli ASUS terbaru ini, entah sama atau tidak tipenya dengan yang Om Yahya bahas ini, tapi memang tipis.
Waktu lihat teman pakai, jadi naksir pengen punya juga, tapi ragu khawatir harganya mahal. Cocok kali ya buat kita penulis sekaligus blogger yang sering pergi-pergi 🙂
Btw, windowsnya windows 8 ya?