|

Yaris S TRD, Penantian 35 Tahun

Sebagai seorang anak laki-laki remaja, adalah sebuah hal yang wajar jika suka terhadap hal-hal yang berbau otomotif seperti sepeda motor dan mobil. Tidak semua seperti itu memang, karena hobi orang berbeda-beda. Kebetulan saya termasuk yang menyukai otomotif.

Sejak kecil, saya memang sudah suka memperhatikan mobil, bahkan ketika masih di TK, saya sudah hafal beberapa merk mobil, khususnya yang sering lalu lalang di jalanan kota Jogja.

Cuma sayangnya (atau untungnya? Entahlah, tergantung perspektif) hobi saya itu terhenti hanya sampai pada model dan fitur saja, saya tidak tertarik soal mesin mobil.

Saat itu, model mobil yang beredar di Indonesia relatif terbatas, tak seperti sekarang. Paling-paling hanya ada sedan dan minibus, di luar mobil niaga. Keluarga saya cukup beruntung memiliki sebuah mobil, walaupun mobilnya adalah sebuah mobil niaga yang digunakan oleh bokap untuk mencari nafkah.

Tak seperti mobil niaga zaman sekarang, zaman itu mobil niaga jauh dari kata nyaman. Karena alasan tersebut, wajar jika kemudian saya mengidolakan sedan.

Setiap ada koran atau majalah baru yang dibeli bokap, bukannya baca (belum terlalu lancar baca juga kan, hehe) malah mengagumi foto-foto iklan mobil. Ketika ada pelajaran menggambar, yang digambar juga mobil sedan.

Kalau ditawari beli mainan, yang dipilih juga mobil-mobilan sedan. Wah, andaikata mobil-mobilan saya kala itu masih ada, tentu sekarang harganya bakal mahal ya, hehe.

***

Memasuki masa remaja, hobi mengamati otomotif itu sedikit berkurang, maklum saat itu hobinya ganti main video game, tapi ya bukan berarti hilang sama sekali, cuma tak sesering dulu aja.

Suatu hari, pada pertengahan tahun 1986, ada teman yang membeli majalah dan saya ikut membacanya. Berhubung tak seperti dulu lagi yang suka mengamati mobil, saya tak lagi mencari iklan mobil di majalah tersebut. Artikel-artikelnya lebih menarik buat saya.

Tapi sebuah gambar iklan mobil yang begitu mencolok, membuat saya terhenti dan terkesima dengan mobil yang diiklankan. Sebuah Toyota Corolla Liftback warna merah yang begitu memesona. Corolla Liftback merah itu benar-benar merasuk ke otak saya dan membuat saya ingin memilikinya.

Sayang seribu sayang, keadaan ekonomi keluarga saya saat itu yang pas-pasan membuat bokap saya langsung menggeleng ketika saya usul ke beliau untuk membeli mobil itu. Bagi beliau, kalaupun toh ada rezeki untuk membeli mobil baru, prioritas adalah mobil niaga. Jika kemudian ada rezeki berlebih, prioritas berikutnya adalah minibus karena keluarga saya adalah keluarga besar.

Akhirnya saya cuma bisa berangan-angan saja untuk suatu saat nanti bakal memiliki Corolla Liftback merah yang cantik itu.

***

Hari berganti hari, tahun berganti tahun, kehidupan saya terus bergulir. Kuliah, lulus, kerja, nikah, punya anak, dan seterusnya dan lain sebagainya.

Tibalah suatu masa di kehidupan saya, kesempatan untuk membeli sebuah mobil. Tentu saja saat itu baru mampu membeli sebuah mobil bekas, itupun harus menjual terlebih dahulu mobil lama yang merupakan hibah dari orangtua.

Kenangan masa kecil itu ternyata tidak akan lenyap. Yang muncul di angan saat hendak membeli mobil (bekas) adalah mobil sedan. Saat itu, Corolla Liftback yang pernah jadi idaman masih jauh dari genggaman. Alhasil yang terbeli adalah sebuah mobil bekas taksi yang tentu harga jualnya jauh di bawah harga jual mobil yang sama tapi mobil pribadi.

Ini terjadi pada tahun 2001 dan mobil eks taksi tersebut adalah Nissan Sunny 1990, warna hijau.

Memelihara sebuah mobil eks taksi ternyata cukup merepotkan, tidak terpikir sama sekali jika mobil ini bakal bolak-balik ke bengkel. Tapi setidaknya ada hal positif yang saya dapatkan, yaitu memiliki pengetahuan dasar perawatan mobil.

Rezeki datang lagi dan kali ini saya cukup mampu untuk membeli mobil dambaan saya dulu, Corolla Liftback. Namun ternyata karena pas barunya pun mobil ini relatif langka, berburu bekasnya bagai mencari jarum dalam jerami.

Perburuan akhirnya saya alihkan ke saudara kembarnya, Corolla Twincam Sedan, toh memang dari dulu suka sedan. Corolla Twincam Sedan keluaran 1991 abu-abu akhirnya nangkring di garasi saya, pada tahun 2005.

Berhubung baru pengalaman kedua membeli mobil bekas, saya kurang teliti. Corolla Twincam yang harusnya jadi kebanggaan ini malah lebih nyusahin dibandingkan mobil eks taksi sebelumnya. Jauh lebih sering mondok di bengkel daripada dipakai di jalanan. Usut punya usut, ternyata mobil ini bekas tabrakan.

Menyerah dengan kondisi ini, baru delapan bulan mobil ini saya pakai, langsung saya jual lagi.

***

Ketidakberuntungan saat membeli Corolla Twincam Sedan tadi ternyata diganti dengan keberuntungan saat hendak menjualnya. Masih pada tahun 2005, saya bertemu dengan seseorang yang kebetulan hendak menjual mobilnya, Corona Absolute 1993 silver, dan bersedia tukar tambah dengan Corolla saya.

Jadi saya tak perlu repot jual dulu mobil saya dan berburu mobil pengganti karena langsung dapat.

Corona Absolute adalah mobil mewah pada zamannya, jadi meskipun saya “terlambat” 12 tahun saat memilikinya, kemewahan itu tetap terasa.

Memiliki Corona Absolute merupakan salah satu periode paling menyenangkan dalam “sejarah permobilan” saya.

Bagaimanapun, mobil yang sudah mulai tua pasti ada saja masalahnya. Nah, sebelum mulai bermasalah, pada tahun 2008 Corona Absolute ini saya jual lagi dan gantinya adalah All New Corolla 1997 berwarna biru.

Meskipun secara kelas, level mobil ini downgrade dibandingkan Corona Absolute, tapi karena lebih muda dan bagaimanapun juga sebuah sedan, All New Corolla 1997 tetaplah sebuah mobil yang menyenangkan. Apalagi dibandingkan dengan mobil-mobil saya sebelumnya, All New Corolla ini relatif yang paling jarang masuk bengkel.

***

Fast forward ke tahun 2013. Tuhan mempercayakan pada saya sebuah mobil baru. Hanya saja, saya kudu melupakan angan saya untuk membeli sebuah sedan baru karena harga sedan baru tahun 2010 ke atas sudah melambung sangat tinggi dan di luar kemampuan saya. Mobil baru itu adalah Mitsubishi Mirage.

Alasan saya membeli Mitsubishi Mirage ini adalah irit dan lincah, karena toh saya lebih sering menggunakannya di dalam kota. Sebagai sebuah city car, rasanya juga mirip mengendarai sedan.

Ketika membelinya, saya sebenarnya ingin memilih warna merah, warna mobil idaman sejak melihat iklan Corolla Liftback. Semua mobil bekas yang saya beli sebelumnya tak satupun yang berwarna merah.

Ternyata, kembali lagi saya harus menahan keinginan memiliki mobil berwarna merah karena saat itu yang ready adalah abu-abu, hitam, dan putih atau silver, saya lupa. Kalau mau merah, kudu menunggu 2 minggu.

Masalahnya, Corolla saya sudah terjual. Jadi saat itu saya tidak memiliki mobil. Kalau harus menunggu 2 minggu tentu lumayan merepotkan. Akhirnya Mirage warna abu-abu menjadi pilihan.

Meskipun kelasnya downgrade cukup jauh dibandingkan dengan Corolla, ada kepuasan tersendiri karena mampu membeli sebuah mobil baru. Tambahan lagi, Mirage ini adalah mobil matic, pertama kalinya saya menggunakan mobil matic.

Tuhan kembali menganugerahkan saya rezeki saat anak sulung saya memasuki masa kuliah, dengan mampu membeli sebuah mobil lagi untuk mendukung aktivitas kuliahnya. Mobil tersebut adalah Honda Brio Satya 2016 yang saya beli pada awal tahun 2017, jadi saya dapat diskon cukup besar, hehe.

***

Tahun 2021, pemerintah mengeluarkan insentif pembelian mobil baru dengan menghapus PpnBm selama periode Maret hingga Mei. Kemudian setelah itu insentifnya diberikan dengan potongan PpnBm 50% pada periode Juni-Agustus dan 25% pada periode September-November.

Saya dan istri kemudian berunding dan kemudian kami sepakat untuk menjual Mirage yang sudah setia menemani selama 7 tahun tanpa pernah rewel, dan kemudian membeli sebuah mobil baru, mumpung ada potongan PpnBm hingga 100%. Perundingan itu juga menghasilkan keputusan bahwa mobil yang akan dibeli adalah Toyota Yaris G.

Meskipun Yaris G merupakan varian Yaris 2021 terendah, tanyata malah sangat sulit didapat. Justru lebih mudah jika yang hendak dibeli adalah Yaris S TRD, meskipun kelasnya ada di atas Yaris G. Akhirnya saya memberanikan diri untuk naik kelas ke Yaris S TRD.

Keputusan naik kelas ini cukup beresiko juga, sebab keputusan tersebut diambil menjelang akhir Maret dan saat itu sudah banyak orang yang memesan Yaris S TRD, memanfaatkan insentif pajak 0% tersebut. Jadi saya berada pada antrean nomor sekian dan berpotensi mendapatkan unit setelah bulan Mei, batas akhir insentif pajak 0%. Artinya, saya harus menambah uang lagi karena setelah bulan Mei, insentif pajaknya 50%.

Saya berusaha mencari info ke sana kemari, mencari siapa saja yang memiliki kenalan orang dalam Toyota. Hasilnya nihil, tetap tidak ada kepastian saya bisa mendapatkan unit pada bulan Mei.

Rupanya Tuhan sedang mendidik saya untuk berserah. Kalau memang sudah berdoa minta pertolongan Tuhan, kenapa masih harus sibuk mencari pertolongan orang dalam?

***

Akhir April 2021, akhirnya saya mendapatkan kepastian akan mendapatkan unit Yaris S TRD yang akan diserahterimakan awal Mei 2021. Puji Tuhan.

Warna unit Yaris S TRD yang saya dapatkan adalah … merah! Tuhan bercanda banget ini. Saya makin tertampar. Bukan cuma ditolong supaya dapat sebelum bulan Mei berakhir, tapi dikasih sesuai warna idaman pula.

Akhirnya, setelah penantian 35 tahun, saya berhasil juga punya sebuah mobil hatchback berwarna merah. Bukan Corolla memang, tapi toh Yaris sekarang ini sekelas dengan Corolla tahun 1986, sementara Corolla yang sekarang sudah naik kelas.

Nanti bakal saya ceritakan juga review Yaris S TRD 2021 ini, untuk sekarang saya cukupkan dulu di sini karena cerita ini sudah panjang lebar.

Oh ya, proses pembelian Yaris S TRD 2021 ini saya lakukan di Nasmoco Bantul. Saya dibantu oleh mbak Citra yang baik, ramah, dan helpful. Jika kamu berminat membeli Toyota juga, silakan hubungi mbak Citra via WA 081804155500.

Follow me on social media:

Similar Posts

16 Comments

  1. Selamat Kak akhirnya mendapat mobil warna merah, keren banget Yarisnya.

    Ternyata kalau beli mobil second ada banyak pertimbangan ya sebelum akhirnya membayar, selain lihat tahun keluaran juga mastiin ada onderdilnya apa gak.

  2. Kok saya senyum2 bacanya ya hahaha pas awal mengenal nama2 kendaraan itu, sy jg sering memperhatikan merk mobil di jalanan mas, meski blm bisa kebeli sampai sekarang, hhohoo
    Btw selamat ya akhirnya kebeli juga Yaris S TRD 2021 ini, merah merona pula, uwuuuuu sesuai harapan bangetttt

  3. Yaris merah kelihatan sanggar ya…keren banget warnanya, merahnya pekat dan kelihatan mewah. ternyata penantian 35 tahun ga sia2 ya….Selamat om yahya.

  4. Kisahnya hampir mirip dengan saya, Bang. Bedanya, sekarang saya masih berjuang. Hehe
    Sangat menginspirasi dan memotivasi saya kembali, bahwa berjuang dan berdoa berserah pada Tuhan tidak akan pernah salah 😀

  5. wah, perjalanan kepemilikan mobilnya panjaaaaang ya, Mas
    Senang bisa mendapatkan pengalaman dengan mencoba beberapa varian mobil yang dipunyai.
    Pasti makin paham akan seluk beluk mesih juga perawatan dasar ya?
    Selamat untuk Yaris merah setelah penantian 35 tahun!
    Senang lihat foto mobil yang berukuran kecil. Saya lebih suka nyetir mobil kecil. Tapi, lagi-lagi mikir keluarga besar jadi suami selalu mengingatkan kalau mobil besar lebih akomodatif buat kami hihihi

  6. Penantian yang terbayar manis ya kak jadinya, itu Yaris S TRD nya keren banget deh, mana warnanya merah pula 🙂

  7. Penuh liku dan drama menarik ya Om waktu mau punya mobil, terutama perburuan warna merah. Aku jadi ingat Toyota Corolla yang sering kulihat di pesantren dulu, andalan pak kiai buat wira-wiri. Memang tangguh sih. Walau ga kesampaian dapat Corolla merah, kini happy kan Om bisa dapat Yaris merah yang unyu banget. Nanti kasih bocoran ulasannya Om siapa tahu banyak yang mau. Penantian 35 tahun terbayar sudah! Selamat!

  8. luar biasa perjuangan ms yahya, ttp setia menunggu dan konsisten untuk berusaha mendapatkan mobil impianya bahkan sampai 35 tahun. jadi iri semangatnya itu lho…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *