Pembulatan Uang Kembalian
Saat membayar belanjaan di kasir sebuah supermarket, saya ditanya oleh petugas "Bersediakah Bapak membulatkan nilai belanjaan Bapak? Selisihnya akan disumbangkan untuk PIN (Program Imunisasi Nasional)". Tanpa pikir panjang saya jawab ya.
Tapi setelah itu saya jadi berpikir bagaimana kalau saya tidak bersedia?
Misalnya nilai belanjaan saya adalah Rp 104.980,- dan saya membayar dengan uang 105.000,-. Kalau saya bersedia dibulatkan, ya sudah, selesai. Tapi kalau tidak bersedia bagaimana? Diberi kembalian Rp 20,-? Atau disuruh nelpooooooooooooonnnn ….?
Pada kenyataannya kembalian Rp 20,- itu toh tetap tidak diberikan, bukan? Mana ada uang pecahan Rp 5,- atau Rp 10,- sekarang ini. Masih mending kalau diberi permen. Tapi jelas tidak mungkin, harga permen pasti jauh di atas Rp 20,-.
Jadi untuk kasus-kasus nilai belanjaan tertentu, bersedia dibulatkan atau tidak, uang kembalian toh tetap tidak diterima. Saat itu kebetulan sedang ada program untuk menyumbangkan selisih pembulatan tersebut ke PIN, lha kalau pas tidak ada program apa-apa, ke mana larinya uang itu?
Saya jadi berpikir, seharusnya program seperti itu terus menerus diadakan. Kalau kebetulan pas tidak berbarengan dengan program lain (PIN dalam contoh kasus di atas), khan bisa saja selisih pembulatan itu disumbangkan ke Panti Asuhan atau dompet bencana alam.
Bagaimana menurut Anda?
Follow me on social media:
yusdi [pikir] itu hanya akal2an yang punya supermarket aja
Kalau dulu sih uang kembalian dianguskan gitu aja alias gak ada transparansi nya mas. Nah, kita juga nganggap itu fine-fine aja karena memang jumlahnya kecil.
Lah, kalau sekarang dengan label “IMUNISASI-SAMTING” kayaknya biar naekkan citra dan biar dianggap sudah melakukan CSR. 😀
Use debit card sajah, kan nggak bakal ada kembalian.
Tapi di Alfamart dekat rumah, ada tulisan di kasirnya, “kartu sedang dalam perbaikan.” 😀
Setahu saya kalau di Carrefour itu dibulatkan ke bawah…
kalo dikumpulin uang kembalian yang diambil itu bisa buanyak banget yak. Bagus banget kalo bisa disumbangin. Selama ini kemana?
Yang dibulatkan bukan kembaliannya lho, tapi belanjanya.
Kalo adil seharusnya pembulatan (rounding) itu ke pecahan terdekat, jadi bisa dibulatkan ke atas maupun ke bawah. Ini sedikit banyak akan jadi random, dan tidak akan bisa dipastikan akan untung atau rugi dari pembulatan ini.
Kalau semuanya dibulatkan ke atas, ya tentu saja si supermarket akan mendapatkan kelebihan dari semua pembulatannya itu. Kalau dianggap pecahan paling kecil Rp 50, maka worst (or best, tergantung dilihat dr sisi siapa) casenya pembulatan Rp 49 untuk setiap pembeli yg belanjanya dibulatkan, katakanlah 50% aja dari semua pembeli, dan kalo sehari ada 1000 pembeli aja maka dari pembulatan ini dapet 500 x Rp 49 = Rp 24500. Kalo rata2 belanja Rp 100 ribu maka gross revenue per hari jadi 1000 x Rp 100 rb = Rp 100 juta. Kayaknya kalo dibandingkan, walaupun setelah di-lump sum, tetep gak signifikan.
Supermarket Tip Top sudah lama memberlakukan program donasi dari hasil kembalian ini, dan dipasang di papan pengumuman yang dapat dilihat di setiap supermarket Tip Top.
Jumlah yang di donasikan juga termasuk besar, perbulan kurang lebih sekitar 50jt/supermarket TipTop (CMIIW). Bagaimana kalo supermarket sekelas Carrefour, pasti luar biasa jumlahnya.
udah pernah aku post pak…!!!
http://escoret.net/blog/?p=476
permen jadi bukti pembayaran yg sah..!!!
semoga barokah seluruh pembulatannya pakdhe..
ah..knpa yang bulat selalu enak…
memang seharunya dibulatkan ke bawah biar konsumen untung 😀
Hidup debet! 😛
*malas bawa cash*
kenapa harga di supermarket ndak “dibulatkan” dengan pecahan uang yang ada, misalh harga 4.980 rupiah, kenapa ndak sekalian 5.000 aja? toh tetep aja kembalian 20 rupiah itu ndak mbalik, kan..
kalo saya liat, efek 4 ribu sama 5 ribu itu punya “dampak” psikologis oleh calon pembeli.. 4.980 kan tetep keliatan “lebih murah” daripada 5.000
heheh.. malah mbahas yang lain sayanya ini.. 😀
:), numpang lewat, yah, kalau tokonya segede carefour maka untuk pembulatan kembalian saja saya pikir sudah cukup besar
ah paling tidak itu masih lebih baik pembulatannya di sumbangkan untuk khalayak yg tidak mampu …. drpd disumbangkan ke supermarket yg dah jelas kaya
@zam
kui strategi mbakul dab…
setuju banget mas.
beberapa hari yg lalu mikir lagi soal ginian. ini benernya masalah lama dan udah berkali-kali dikomplen konsumen di surat pembaca. paling sbeel kalo harusnya menerima kembalian 50 perak tp dikasih permen.
pernah di salatiga, mbak kasirnya aku ketusi ; ” jadi boleh bayar pake permen dong, besok ??”
tapi entah kenapa, sejak peristiwa itu, kl ketemu hal kayak gini, ga saya ketusi tuh kasir.
kalo di alfa dan superindo dan pamella, setau saya, ada programnya terus. malah di pamella, diumumkan scr terbuka. uang yg terkumpul bulan ini sejumlah sekian, dipajang tuh, juga ada auditnya segala.
lha yang lain ???
br kepikiran utk tak publish di surat pembaca koran lokal.
soale yg untung kan yg punya modal gede itu. mending dikasih ke program CSR spt yg mas yahya bilang itu…
@ s- : laaaahhhh, kowe iki, nyepam dimana-mana 😛
promosiiiiiiiii……waguuuuu…………….
dulu, kalo di galon (spbu) juga selalu dibulatkan, kalo ngisi fulltank dibulatkan ke bawah, tapi karena apa-apa mahal kek sekarang ya dibulatkan juga tapi ke atas. 😛
Wadaohhh.. Itu gedeeee banget lho pembulatan di supermarket. Kita (termasuk saya) mau aja dibodohin, dikasih permen ato gimana. Pantes aja nggak maju2, la wong menghargai uang Rp 25 aja belum bisa. 🙂
setujuh pak … memang hrs ada program sosial untuk menerima kembalian seperti itu
Memang, kadang2 nyebelin juga ya kalo kembaliannya 200, kadang diganti permen. Apakah memang ada kekurangan receh beneran? Berarti apakah BI pun ada kesulitan untuk membagikan receh?
Yah, semoga kita masih bisa menyumbang, dariipada kita yang disumbang. Bersukur deh.
iya juga yaa. saya sudah ndak pernah liat lagi tuh uang receh pecahan 100 dan 50 rupiah. Apalagi pecahan 5 dan 10 rupiah? wah nggak tau dah pada menghilang kemana…. 🙂 🙂
Salam
…baru sadar saya kalo ternyata yang tidak bulat itu bisa banyak kalo jadi bulat….
maksudnya…??
..back to topic
setuju sekali kalo ada pengusaha yang mau merelakan sumbangan costumer dihibahkan untuk kegiatan sosial..yg penting bukan hanya untuk memenuhi UU PT yg baru, agar kelihatan ada CSRnya..
harusnya toko/supermaket memberikan harga dengan nominal mata uang yang berlaku di negara kita..idealnya spt itu, iya khan pak?
ya itu kalo 20 kadang 500 aja dikasih permen.emang kita mo jualan permen?
Lagu lama masalah pembulatan pembelanjaan, biasanya sih langsung dibalikin permen 1 biji 😀
saya lg membuat skripsi tentang ini…
mohon bantuannya ya..
klol ada data2,tolong di kirim k’email saya..
[email protected]
Saya kebetulan lewat n baca ttg ini, ada satu di kompas.com
Pengembalian Uang Pembayaran PLN
http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/16954
lalu pandangan fiqih terhadap pembulatan harga dan pengembalian dengan permen itu gimana??? pengembalian dengan permen itu kan secara tidak sengaja merupakan transaksi jual beli, padahal rukun jual beli itu kan harus ada ijab qobulnya…