Kado ‘tuk Fany dan Yudis

Selalu menyenangkan hadir di sebuah pesta pernikahan. Apalagi kalo yang menikah itu teman baik.

Begitu pula yang saya rasakan saat hadir di pernikahan Fany & Yudis. Apalagi di sana saya bertemu dengan begitu banyak blogger lain, suasananya jadi kayak Pesta Blogger.

Perkenalan saya dengan Fany & Yudis sebenarnya belum lama.

Saya pertama kali bertemu dengan Fany di Juminten – kopdar rutin CahAndong – tanggal 21 Maret 2008. Kalau saya tidak salah ingat sih itu juga pertama kalinya saya datang di Juminten. Hayo Yudis, dirimu ingat gak kapan pertama kali ketemu Fany (bukan kapan jadian lho ya). (hassle)

Kesan pertama saya terhadap Fany adalah cantik dan anteng. (Bahasa Indonesianya anteng apa yaaa?) (doh) Dan kayaknya kesan pertama itu gak berubah sampai sekarang. Tapi walaupun anteng, kalo diajak ngobrol asyik dan nyambung juga. Eh, Fany itu penulis buku juga lho kayak saya B-)

Saya tahu kalau Fany jadian sama Yudis melalui posting ini. Saya jadi penasaran seperti apa cowo yang beruntung mendapatkan Fany.

Dan kesempatan bertemu dengan Yudis terjadi di acara Launching Cerpenista, 10 Agustus 2008. Saat itu saya bilang ke Fany, “Fan, kenalin dong sama itu tuh yang duduk di sebelahmu”. Eh, ternyata si Yudis itu anteng juga ya anaknya.

Saya jadi membayangkan, kalo dua-duanya anteng dan lalu berumah-tangga, wah betapa sepi rumahnya. (woot)

Karena antengnya itu, pasangan Fany dan Yudis kalah cemerlang ketimbang sepasang sejoli lain yang juga datang di Cerpenista itu, termasuk sepasang lainnya yang sedang dalam tahap PDKT. Namun ternyata dari ketiga pasang sejoli tadi, hanya Fany dan Yudis yang langgeng dan sukses menuju pelaminan.

Nah, Fany dan Yudis, satu tahap telah kalian lalui dalam kehidupan kalian. Tapi ini baru awal dari suatu perjalanan panjang.

Sebagai dua pribadi yang telah dipersatukan Tuhan, kalian adalah berkat utama satu bagi yang lain. Yang lain-lain, termasuk rejeki dan anak, adalah berkat tambahan. Jangan sampai berkat tambahan itu berbalik menjadi yang utama.

Pengenalan akan pribadi satu dengan yang lain juga mestinya menjadi proses yang tak kenal henti. Forever is not enough. Sayapun sampai sekarang masih sering menemukan pengenalan-pengenalan baru terhadap istri saya. Komunikasi dan keterbukaan mesti dikedepankan.

Setelah tinggal serumah, kalian akan menjumpai kebiasaan-kebiasaan unik pasangan yang tidak terlihat selagi pacaran. Dan bukan tidak mungkin itu menimbulkan masalah. Yang satu suka tidur dalam gelap, yang satu suka tidur dengan lampu remang-remang. Yang satu kalau mencet pasta gigi dari posisi paling ujung, yang satu asal pencet saja. Bahkan krupuk pun bisa jadi masalah. (evilsmirk)

Dan lagi, pria dan wanita itu bukan cuma beda jenis kelamin. Ada banyak sifat dan karakter pria dan wanita yang memang sangat bertolak belakang dan hanya bisa dipertemukan oleh sebuah toleransi dan saling pengertian.

Pria itu cenderung memiliki pandangan jauh ke depan namun sempit di sekitarnya. Coba tanyakan ke para suami, berapa jumlah piring yang ada di rumah mereka. Pasti gak bisa jawab. (tongue) Itu pula yang menyebabkan pria lebih sulit mencari pensil yang nyelip di meja kerja mereka, padahal jelas-jelas terlihat ada di atas tumpukan buku.

Pria lebih mementingkan apa yang ada di masa depan, yaitu target dan pencapaian yang ingin diraih.

Sebaliknya, wanita itu memiliki garis pandang seperti elips. Melebar tapi pendek ke depan. Mereka suka ngurusin hal-hal di sekitar mereka, mempercantik rumah, ganti gordyn, dll.

Ada ungkapan lain yang mengatakan bahwa pernikahan adalah dua menjadi satu. Secara matematis, dua menjadi satu sama dengan satu menjadi setengah, bukan? :mrgreen: Artinya, kalian harus merelakan kehilangan “setengah” diri kalian untuk diisi oleh pasangan.

(doh) Saya sudah ngoceh kepanjangan ini. Maapin yach. (worship)

Semoga langgeng, Fany dan Yudis. Dan semoga segera dapat momongan.

Follow me on social media:

Similar Posts

30 Comments

  1. wahhh, nasehat dan cerita dari seorang yang sudah menikah itu memang beda yhaaaa (blush)

  2. tulisan dari seorang suami yang sudah mengalami sendiri kehidupannya. uh dengerin mbak fany, mas yudhis, orang tua kalo lagi ngomong, jangan cengar cengir ajah … (scenic)

  3. wogh… nasihat perkawinan…

    *catet*

    ah mereka berdua emang cocok… semoga langgeng ya… beri kami keponakan yang luchu-luchu… (hassle)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *