Perjalanan Palembang-Jogja pp
Pada tulisan sebelumnya, secara singkat saya telah bercerita tentang keseluruhan perjalanan dan kegiatan saya selama di Palembang. Untuk lebih detilnya, tulisan tersebut akan dibagi lagi menjadi tiga buah tulisan, yaitu perjalanan Palembang-Jogja pp, kegiatan workshopnya, dan kopdar dengan Wongkito.
Yang saya sedikit heran, kenapa orang menyebut perjalanan pergi ke suatu tempat dan pulang kembali dengan pulang pergi? Bukankah seharusnya pergi pulang karena suatu perjalanan itu pastilah pergi dahulu baru kemudian pulang? Ah sudahlah, kalau diteruskan malah OOT nanti.
Berhubung acara workshop diadakan hari Jumat, 23 Mei 2008, tentu setidaknya saya sudah tiba di Palembang hari Kamis, 22 Mei 2008. Dari beberapa alternatif yang tersedia, saya memilih untuk berangkat dengan Lion Air. Dan seperti sudah diduga sebelumnya, tidak ada penerbangan yang langsung ke Palembang dari Jogja, harus transit di Jakarta.
Jam keberangkatan dari Jogja adalah jam 10.00 dan connecting ke Palembang jam 14.00. Dengan komposisi jadwal keberangkatan seperti itu, berarti saya harus nongkrong di Bandara Soekarno-Hatta setidaknya 3 jam. Ya sudah, mau gimana lagi. Sebagai bekal, saya membawa dua buah novel Agatha Christie koleksi saya. Lumayanlah untuk membunuh waktu.
Ketika check in di Bandara Adi Sutjipto, saya melihat bahwa kode penerbangan yang saya dapatkan adalah IW8907. Wah, payah nih, berarti saya kebagian Wings Air dan bukan Lion Air. Padahal saya relatif sangat tidak suka terbang dengan Wings Air. Bukan karena pelayanannya buruk tapi karena mereka menggunakan pesawat berjenis MD-82. Buat saya, pesawat tersebut tidak stabil dan goncangannya keras sehingga saya kuatir akan terserang mabuk udara.
Menjelang keberangkatan, saya tidak melihat ada satupun pesawat MD-82 yang sedang parkir. Yang ada justru Boeing 737-900ER yang baru itu. Dan rupanya itu hari keberuntungan saya karena ternyata memang pesawat itulah yang membawa saya ke Jakarta.
Karena relatif masih baru, interior pesawat tersebut masih terlihat cerah dan bersih (tidak dekil dan kumal seperti halnya pesawat yang sudah tua :p). Sabuk pengamannya pun masih relatif sulit dibuka. Besi pengaitnya musti diangkat sampai mentok baru bisa terbuka. Dan terbangnya pun sangat stabil. Goncangan-goncangan pesawat nyaris tidak ada walaupun itu terbantu juga oleh cuaca yang cerah.
Dari Jakarta ke Palembang, jenis pesawat yang membawa saya adalah Boeing 737-400. Walaupun bukan barang baru, namun pesawat ini tetap jauh lebih mantap dan nyaman dibandingkan MD-82.
Pulangnya, hal yang terjadi betul-betul berbalik 180°. Arah perjalanan sudah jelas berbalik. Lalu jadwal keberangkatan relatif jauh lebih enak karena saya cuma perlu menunggu 90 menit saat transit di Jakarta. Namun kali ini saya kebagian pesawat MD-90 dan MD-82. Yang terakhir itu betul-betul Wings Air. Untunglah cuaca cerah, jadi pesawat relatif tidak terlalu berayun saat di udara. Tapi seandainya jarak yang ditempuh lebih jauh, bisa jadi saya mabuk juga waktu itu.
Turun di Jogja saya dijemput istri saya. Untuk menuju ke rumah, rute yang diambil pasti melewati Plazam (Plaza Ambarukmo). Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mampir dan berburu tiket nonton Indiana Jones 4.
Follow me on social media:
Pramugarinya baru nggak pak…hehehehehhe
#1
Yang jelas cantik
Salam kenal Pak, wah seandainya tahu.. saya bakalan nonton presentasinya.., kebetulan belum lama jadi penunggu Palembang
iyalaaah md-82 ga enak….lha pesawatnya ama aq aj tuaan pesawatnya pak ;))
eh masih nyisa ga oleh2nya :p
Jadi bagaimanapun juga yang baru terasa lebih nyaman ya 😀
Eh gak ada foto ya?
wah asyik juga ya naek lion aer yang baru
*templet*
wah ya jelas, kalo pesawat baru relatif lebih mulus….pramugarinya juga lebih mulus2 juga kan?…
bapak tahu risiko naik pesawat baru diproduksi?
masih dalam masa edisi trial-error lho 😀
#8 #9
Iya emang asyik. I’m a lucky guy.
#10
Masa sih, jangan nakut2in ah
harga tiket pesawat jogya- palembang berapa ?
(sick) 🙁 🙁
lha regane pesawat ndi SUUU?????? dasar taik pilat galo…