Solidaritas Terhadap Pengungsi Merapi

Erupsi Merapi mengakibatkan begitu banyak kegiatan terhenti. Ada banyak warga yang harus mengungsi, meninggalkan aktivitas mereka sehari-hari. Banyak karyawan yang terpaksa harus cuti, kegiatan belajar mengajar anak sekolahpun terhenti.

Saya sekeluarga termasuk yang harus menghentikan sementara aktivitas sehari-hari. Anak-anak saya diminta belajar di rumah, kampus istri saya malahan dijadikan tempat pengungsian.

Berhubung anak-anak tidak belajar di sekolah, maka saya dan istri sepakat mengajari mereka hal yang lain, life skills dan character building (walaupun di sekolah diajari juga sih).

Saya dan istri mengajak anak-anak untuk memasak bersama-sama, membuat nasi bungkus untuk pengungsi Merapi. Memasak merupakan pelajaran life skills dan menumbuhkan rasa peduli adalah pembentukan karakter.

Sudah dua kali kami melakukan kegiatan ini, hari Sabtu 6 November 2010 dan Senin 8 November 2010. Memang tidak banyak nasi bungkus yang dapat kami buat, tapi mudah-mudahan itu berguna buat para pengungsi atau para relawan.

Soal solidaritas terhadap pengungsi Merapi, ternyata anak-anak saya punya kepedulian tinggi. Beberapa hari sebelumnya si bungsu bilang ke Mamanya, “Ma, aku mau menyumbang untuk bencana Merapi. Aku pakai uang sakuku sendiri ya”.

“Boleh”, jawab istri saya, “berapa yang mau kamu sumbangkan?”

“Seratus ribu ya Ma”.

Si Kakak juga menyumbang sejumlah yang sama, hanya diwujudkan dalam bentuk susu.

Saya tercekat. 🙁 Seratus ribu tentu bukan jumlah yang sedikit buat anak-anak. Tapi mereka rela.

Papa bangga sama kalian, nak.

Follow me on social media:

Similar Posts

7 Comments

  1. Merapi sekarang ini sdh mjadi tempat wisata yg banyak dikunjungi, tak terkcuali di lokasinya mbah marijan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *