Insentif Tarif Listrik, Kenaikan Harga Terselubung?
Hai seluruh rakyat Endonesa Indonesia, ikat pinggang Anda masih memiliki lubang di sisi sebelah dalam? Masih? OK, tariklah lagi ikat pinggang Anda agar sedikit lebih kencang. Bukankah pepatah mengatakan “Kencangkan ikat pinggangmu”?
“Ini sudah pol pak, mau ditarik gimana lagi?”
“Ya selama masih bisa dikencangkan, tarik sajalah. Masih bisa bernafas, tho.”
“Tidak ditarik saja nafas kami sudah tersengal-sengal, pak ….. ”
***
Dialog di atas memang fiktif, tapi adalah suatu fakta bahwa kita harus berhemat (lagi), terutama di sektor perlistrikan. PLN berencana menerapkan insentif (discount) bagi mereka yang mampu menghemat listrik sebesar 68% 80% dari rata-rata penggunaan nasional. Namun bagi mereka yang tidak bisa, akan dikenai tarif progresif atau disinsentif (sulit amat, bilang aja denda).
Saya tidak akan membahas bagaimana perhitungan tarif tersebut, googling aja deh, pasti nemu. Cuma yang ingin saya soroti, mungkinkan penghematan hingga 80% pemakaian nasional dilakukan oleh seorang pelanggan PLN?
Sekarang mari kita corat-coret matematikanya, pake logika orang bodoh sederhana saja. Untuk kapasitas listrik 450 VA, rata-rata penggunaan nasional adalah 75 KWh/bulan. 80% dari angka tersebut adalah 60 KWh/bulan. Pukul rata, berarti 2 KWh/hari.
Trus, pelanggan PLN yang sederhana kira-kira pake apa saja? Ambil asumsi TV, kulkas, dan lampu. Ambil asumsi lagi, daya dan pola penggunaannya adalah sebagai berikut:
- TV 100 Watt, dipakai 6 jam sehari = 600 Wh
- Kulkas 50 Watt, dipake 24 jam sehari = 1200 Wh
- Lampu, ambil rata-rata 4 buah lampu 15 Watt menyala 6 jam sehari = 360 Wh
Dari tiga item itu saja, jumlah total pemakaian per hari adalah 2160 Wh alias 2,16 KWh. Itu sudah lebih daripada 2 KWh, bukan? Padahal masih belum dihitung setrika dan pompa air, mungkin masih ditambah lagi radio.
Jadi kayaknya, nyaris mustahil pelanggan PLN bisa mendapatkan insentif. Kecuali Anda menyiapkan paku. Lho paku? Buat apa? Buat melubangi ikat pinggang, supaya bisa ditarik lagi …
Follow me on social media:
Ini semuanya gegara harga “emas hitam” yg naek nembus $100 perbarel. Jadi subsidi membengkak. Lantas langkah sederhana dibuat oleh JK (wakil presiden), PLN harus hemat 10T, terus PERTAMINA juga harus hemat subsidi 10T, sehingga dana RAPBN yg terus melesak naik gegara emas item tadi tidak begitu signifikan.
Well, dengan seringnya mati-idup-terus mati gak idup2 lagi kayaknya PLN belum mampu untuk itu. Yeah, just my 2 cents. 🙂
Rencana insentif itu.. juga ibarat hoax pak.. sepertinya menjanjikan.. padahal kenyataannya sukar terwujud..
Jika sebuah rumah yang berlangganan listrik memang ditempati apalagi sebuah keluarga.. kondisi penghematan untuk mendapatkan insentif tersebut hampir mustahil tercapai..
Insentif itu kira-kira dapat dicapai oleh rumah yang jarang ditempati. Paling sekitar 2 minggu sekali datang untuk bersih2 habis itu ditinggal… Atau tempat kost atau kontrakan yang penghuni-nya berangkat pagi, pulang malam. Nggak sempat nyalain alat hiburan apapun, nyuci diluar, masak diluar, paling dirumah cuman untuk nyalain pompa air, yang mungkin pompa itu nyala 3 hari sekali buat memenuhi tangki..
ya bagaimana lagi. mau protes bagaimana lagi, sudahlah terima saja. jangan ada yang demo ya, bosen gw lihat demo-demo dijalanan. nggak guna.
eh btw, enak jg ya jadi perusahaan pemerintah, mau naikin harga nggak perlu sosialisasi hajar langsung. hari ini bikin keputusan, seminggu kemudian langsung diterapin. walaupun ternyata diralat, nggak ada koordinasi?
#2
Kamu kok suka banget bilang hoax sih, hehehe
#3
Lebih baik demo lewat blog khan, akuur?
Sebagai sesama orang bodoh..eh sederhana, saya juga menghitung. Hasilnya sama. Biar sampai njengking pun mustahal mencapai limit setrum ukuran PLN. Saya jadi membayangkan temen-temen di PLN itu orang tipe apa ya?
PLN memang selalu rugi, tetapi kok pegawainya makmur2 ya?
He..he..he… ini prasangka buruk ya?
BTW memang ini adalah kenaikan biaya listrik tanpa pemberitahuan yang transparan. Kita tahunya malah dari orang lain….
semua gampang naik, PLN, tilpun, makan bahkan tarif pipis aja skrg naik (dulu 100, skrg 500)… yg susah naik, itu harga diri deh.. . 🙂
siapkan paku? hahhaha, kl mas yahya udah siap paku ukuran brp? 😀
Eh, disentif dan insentif itu akhirnya ditunda kan pak? Saya pikir konsep insentif dan disentif itu bagus juga, tapi kalau 90% pengguna dapat disentif, dan hanya 10% dapat insentif, saya rasa itu cuma bentuk lain penipuan publik.
PLN itu kerjanya menipu rakyat, program insentif itu biar kelihatannya ada, tapi sebenarnya tidak ada.
tanatang saja Dirut PLN yg korup itu utk mengeluarkan data statistik insentif dan desinsentif. Kesian deh bangsa ini di jajak bangsa sendiri. mending ketauan di jajah bangsa lain.
Bukan hanya PLN, tetapi juga tarif publik yang lain seperti BBM, Operator telepon selular, Dll. Pembodohan publik masih bakal terus ada selama rakyat masih bodoh.
Kenapa masih bodoh ?
Ya karena sengaja tidak diajari supaya pinter.
Emangnya kenapa kalau rakyat pinter?
Ya mereka nggak bakal bisa manipulasi terus terusan !
itu karena di pln tidak beres manajemennya, korup-lah jelasnya
alat negara tidak lebih dari alat peras !
rasional aja,
dengan beban utang sebanyak itu mana mungkin ada dana buat rakyat miskin, “atas nama rakyat ?”, omong kosong !
matikan aja koruptor, ambil kekayaannya, kembalikan kepada yang berhak
lihatlah ! dengan gaji 3 – 5 jt perbulan di indonesia orang bisa pake bmw, mungkinkah ???!!! …. ok … ok …. dari proyek lain.
proyek macam apa ???!!! huh …. !
neh ada yg gak beres,; coba dicek sistem dalam PLN,
(idiot)