Benarkah Polyethylene Glycol Berbahaya?

Sekarang ini lagi heboh banget soal ethylene glycol dan diethylene glycol yang dicurigai sebagai penyebab gagal ginjal akut pada anak-anak. Per tanggal 18 Oktober 2022 ada 189 kasus yang dilaporkan dan hampir 50% penderita meninggal.

Senyawa ethylene glycol dan diethylene glycol ini lalu menyeret juga polyethylene glycol, karena netizen menemukan bahwa polyethylene glycol (yang sering disingkat dengan PEG) digunakan sebagai salah satu bahan pada obat penurun panas berbentuk sirup, bahkan juga digunakan sebagai pelarut vaksin.

Kehebohan makin menjadi ketika netizen menemukan fakta bahwa PEG digunakan juga di bidang otomotif.

Begini, saya akan meluruskan dari sudut pandang kimianya, karena jelek-jelek gini saya itu Sarjana Teknik Kimia, meskipun ilmunya udah lama tidak lagi saya gunakan, hehe. Tak perlu juga mempertanyakan ijazah saya, asli pokoknya dari UGM.

Mono, Di, dan Poly

Jadi, meskipun ethylene glycol dan dua ethylene glycol itu beracun/berbahaya, tidak serta merta polyethylene glycol yang berarti banyak ethylene glycol pasti berbahaya juga. Gak gitu maennya gaes.

Senyawa-senyawa kimia itu meskipun mengandung atau tersusun dari senyawa yang mirip, bisa beda jauh sifat fisikanya.

Benarkah Polyethylene Berbahaya

Contoh gampang, gula itu monosakarida, pati itu polisakarida, apakah pati itu bakal manis sekali rasanya karena poli gula? Nyatanya enggak kan? Malahan rasa pati cenderung tawar. Soal kemudahan larut di dalam air juga beda.

Kalau masih kurang puas, saya beri contoh lain lagi. H2O itu air, kita sepakat ya air itu tidak berbahaya. O2 itu oksigen, tidak berbahaya, malah kita sangat butuh oksigen, jika tidak ada oksigen, justru berbahaya.

Namun begitu keduanya bereaksi menjadi H2O2, wah itu berbahaya sekali. Silakan googling aja ya betapa berbahayanya H2O2 itu.

Ada lagi fakta menarik lainnya. Sebuah senyawa kimia yang formulanya sama persis tapi yang satu strukturnya bercabang ke kiri sementara yang lain ke kanan (kalau di ilmu kimia organik disebut cis dan trans) itu bisa beda banget sifatnya, misalnya yang satu beracun dan yang lain tidak berbahaya. Sama lho itu formulanya.

Karena itu, sebelum digunakan pada sebuah produk, semua bahan kimia itu pasti sudah melalui pengujian, apakah sebuah senyawa itu aman untuk dikonsumsi, atau aman untuk sekadar digunakan di luar tubuh.

Apalagi ini menyangkut produk obat-obatan. PEG itu sudah melalui serangkaian uji dan dinyatakan aman untuk produk farmasi.

Meluruskan Netizen

Kalau begitu, mengapa dipakai di bidang otomotif juga? Lha memangnya tidak boleh ya? Air itu bisa untuk membantu kita minum obat, tapi juga buat nyuci mobil kan?

Tapi Oom, zaman dulu anak-anak yang minum obat sirup kok ya aman-aman saja? Lha kan anak-anak zaman sekarang tidak minum obat sirup zaman ortunya kecil dulu kan?

Maksudnya gini, obat sirup yang dulu dibilang aman itu tidak bisa dijadikan pembanding karena anak zaman sekarang tidak minum obat yang sama. Obat sirup yang sekarang itu kan buatan zaman sekarang juga.

Ingat ya, yang bermasalah itu bukan zat aktifnya. Misalnya paracetamol sebagai zat aktif, sudah terbukti aman, obat sirup penurun panas zaman dulu dan zaman sekarang ya sama-sama pakai paracetamol.

Masalahnya, saat hendak dibuat sediaan sirup, kan ada bahan tambahan tuh, nah bahan tambahannya itu yang berpotensi tercemar. Ingat ya, berpotensi, artinya belum tentu juga itu jadi penyebab.

Hal inilah yang sekarang sedang diselidiki oleh Kemenkes dan BPOM.

Jadi mari kita tunggu hasil penyelidikannya, jangan asal menyampaikan spekulasi-spekulasi yang malah memperburuk suasana. Lebih baik menahan diri jika tidak mengerti.

Follow me on social media:

Similar Posts

2 Comments

  1. Hahaha….. Baru nyadar …. Om Yahya lulusan TekKim UGM.
    Recall ilmu jaman kuliah , utk mencegah pikun hihihiii

    Sehat selalu om Yahya …. “Raportan”nya nya secara umum bagus kok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *