ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400), Si Jago Berkreasi Kayak The Beatles
Hey Jude, don’t make it bad.
Take a sad song and make it better.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better.
Siapa yang tak kenal dengan lagu Hey Jude yang diciptakan oleh The Beatles. Lagu tersebut begitu populer dan tak lekang oleh perubahan zaman. Pada masanya, Hey Jude merupakan lagu terlaris di dunia dan pada saat itu memegang rekor dengan berada di puncak tangga lagu Billboard selama sembilan minggu berturut-turut dan rekor tersebut bertahan selama sembilan tahun!
The Beatles yang beranggotakan Paul McCartney, John Lennon, George Harrison, dan Ringo Starr merupakan salah satu band yang diakui paling berpengaruh di dunia musik. Predikat tersebut melekat karena keberanian The Beatles untuk bereksperimen bukan saja dengan berbagai alat dan teknik bermusik, tetapi juga dengan teknologi. Lagu Hey Jude tadi misalnya, merupakan lagu The Beatles pertama yang direkam dengan alat rekam 8 track.
Melihat begitu berbakatnya keempat anggota The Beatles, mungkin tak ada yang menyangka jika pada awalnya mereka ditolak oleh sebuah perusahaan rekaman saat menawarkan karya musik mereka. Adalah Decca Records, perusahaan rekaman yang malang tersebut. Kok malang? Ya tentu saja, andai saat itu mereka mau menerima The Beatles, pasti Decca Records bakal jauh lebih besar lagi sekarang.
Bangkrutkah mereka? Tidak sih, tapi nasib mereka kurang begitu baik. Pada tahun 1980an, Decca diakuisisi oleh Polygram, dan kemudian Polygram diakuisisi oleh Universal Music.
Saat menolak The Beatles, Decca Records berdalih bahwa sebuah grup musik dengan gitar tidak memiliki masa depan. The Beatles tidak patah semangat dan hanya dalam waktu tiga bulan, mereka berhasil menemukan perusahaan yang mau memproduksi karya musik mereka, yaitu EMI. Selanjutnya adalah sejarah.
Teladan The Beatles
Sikap pantang menyerah The Beatles ketika ditolak dan terus berusaha untuk menemukan jalan, tentu patut diteladani. Tanpa bermaksud menyamakan dengan popularitas The Beatles, sayapun dulu pernah ditolak ketika pertama kali mengajukan karya tulis saya ke penerbit.
Namun yang saya ambil adalah sikap pantang menyerah The Beatles, hingga saya mencoba lagi dan akhirnya buku saya diterbitkan. Kini saya sudah menulis 41 judul buku, beberapa di antaranya dicetak ulang berkali-kali, dan ratusan tulisan di media cetak lainnya.
Sebagai seorang content creator, apapun jenis kreasinya, entah itu musik seperti The Beatles, tulisan seperti karya saya, atau barangkali foto, video, animasi, sikap pantang menyerah untuk terus menghasilkan karya terbaik perlu kita pelihara.
Sikap pantang menyerah di sini tentu bukan hanya sekadar mencoba lagi dan lagi dan lagi. Konon, Einstein pernah bilang, “mencoba hal yang sama berulang-ulang tapi mengharapkan hasil yang berbeda adalah sesuatu yang gila”.
Mencoba lagi jelas kudu dilakukan, tapi lakukan setelah meningkatkan kualitas karya dan yang tak kalah pentingnya, gunakan juga perangkat – baik lunak maupun keras – yang tepat.
Ada berbagai macam perangkat lunak yang bisa digunakan untuk menghasilkan karya. Bahkan untuk satu kategori yang sama, misalnya sama-sama untuk menghasilkan musik atau sama-sama untuk menghasilkan video, ada lebih daripada satu macam perangkat lunak. Para content creator tinggal memilih mana yang paling cocok buat mereka.
Namun untuk perangkat keras, jangan sampai salah pilih. Tak banyak produk yang benar-benar bersahabat untuk seorang content creator. Perangkat keras yang dimaksud bisa saja berupa PC desktop maupun laptop, tapi saya lebih merekomendasikan laptop karena alasan mobilitas.
Laptop yang tepat untuk menghasilkan karya bisa disetarakan dengan alat musik yang digunakan oleh masing-masing anggota The Beatles.
Paul McCartney lekat dengan bass Höfner-nya, seolah-olah tidak pernah ditemukan Paul tanpa memegang bass tersebut atau memegang bass yang lain.
John Lennon dan George Harrison meskipun memiliki koleksi beberapa jenis gitar, tapi gitar-gitar yang mereka gunakan begitu ikonik. Demikian juga dengan drum yang dimainkan oleh Ringo Starr.
Kembali ke laptop, sebenarnya apa saja sih kriteria laptop yang bakal cocok digunakan oleh seorang content creator? Setidaknya ada 5 kriteria utama yang wajib dipenuhi oleh laptop tersebut:
- Bersahabat dengan mata
- Memiliki mesin yang kuat
- Koneksi yang banyak
- Fitur spesial pendukung kreasi
- Mendukung mobilitas
Bersahabat Dengan Mata
Saat sedang serius membuat sebuah karya, pastilah mata kita tak lepas dari layar laptop dalam kurun waktu yang panjang. Tentu hal ini akan membawa dampak buruk pada kesehatan mata.
Salah satu solusi yang bisa diambil adalah mengurangi penggunaan laptop. Namun terkadang opsi ini sulit untuk diambil, apalagi jika dalam posisi mendekati tenggat waktu pengerjaan. Jadi sebaiknya mengambil opsi yang lain, yaitu laptop yang layarnya bersahabat dengan mata.
Begini, setuju kan kalau layar laptop itu memancarkan cahaya? Cahaya itu terdiri atas jutaan warna, tapi untuk memudahkan kita bisa ambil warna-warna yang ada pada pelangi untuk mewakili, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Warna merah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan warna ungu.
Cahaya dengan warna yang panjang gelombangnya pendek memiliki energi lebih besar dan energi yang besar ini jika terus menerus “menghantam” mata, sangat berpotensi merusak kesehatan mata.
Beruntung mata kita dilengkapi dengan retina, karena retina bisa menyaring spektrum warna tertentu yang berpotensi merusak kesehatan. Hanya saja, kemampuan penyaringan tersebut memiliki batasan juga.
Spektrum warna yang memiliki efek paling merusak dan paling sulit disaring oleh mata adalah warna dengan panjang gelombang sekitar 415 nm hingga 455 nm. Spektrum angka yang ada pada angka tersebut adalah warna biru.
Layar laptop seharusnya dirancang agar pancaran radiasi warna pada panjang gelombang tersebut diminimalkan tanpa mengurangi akurasi warnanya.
Selain soal pancaran radiasi warna biru, layar laptop juga mesti dirancang supaya tidak berkedip (flicker) karena mudah menyebabkan kelelahan mata.
Memiliki Mesin Yang Kuat
Karya yang dihasilkan oleh para content creator sebagian besar berupa file multimedia yang berisi kombinasi teks, foto, video, audio, dan lain-lain. Aplikasi untuk mengolah file-file tersebut oleh banyak orang, khususnya yang awam, disebut sebagai aplikasi berat.
Untuk mampu menjalankan aplikasi berat tersebut tentu dibutuhkan mesin yang kuat. Pada laptop, secara umum yang disebut dengan mesin adalah CPU (Central Processing Unit) atau prosesor utama dan GPU (Graphical Processing Unit) atau prosesor grafis.
Jika salah satu kriteria kekuatan mesin dinyatakan dalam tenaga kuda, maka kekuatan sebuah prosesor dinyatakan dalam jumlah kalkulasi yang bisa dilakukan per detiknya (clock speed atau frekuensi). Ini hanya untuk memudahkan saja ya, karena pada kenyataannya masih banyak kriteria lain untuk menentukan apakah sebuah mesin berkualitas atau tidak.
Kalau mesin mobil misalnya dilihat pula soal efisiensi bahan bakar, pada prosesor juga ada kriteria lain seperti ukuran fabrikasi.
Laptop yang diharapkan kuat untuk mengolah hasil karya pada content creator haruslah memiliki “mesin” dengan teknologi terkini, sehingga menghasilkan kemampuan komputasi yang kencang sekaligus memiliki efisiensi daya.
Koneksi Yang Banyak
Tak bisa dipungkiri, salah satu faktor yang membuat seseorang sukses adalah memiliki koneksi orang dalam yang banyak. Jika kita tengok kembali kisah The Beatles di atas, mereka beruntung berkenalan dengan Brian Epstein, salah satu pengusaha musik sukses di Liverpool. Brian Epstein memiliki andil untuk memperkenalkan The Beatles dengan perusahaan rekaman, walaupun sempat mengalami penolakan. Toh akhirnya Brian Epstein juga yang berhasil membawa The Beatles untuk melakukan rekaman di EMI.
Pada era internet seperti sekarang, koneksi merupakan sesuatu yang sangat vital. Sebuah laptop seolah akan menjadi sesuatu yang tak berdaya jika tidak bisa dikoneksikan ke internet. Koneksi yang dibutuhkan tak melulu harus ke internet, bisa juga koneksi ke berbagai perangkat keras yang dibutuhkan untuk menghasilkan karya.
Untuk menggambar misalnya, seseorang mungkin membutuhkan pen tablet, atau saat mengolah audio, seseorang butuh headphone dengan kualitas memadai. Alat-alat ini tentu harus dengan mudah dikoneksikan ke sebuah laptop.
Jadi, dibutuhkan sebuah laptop yang memiliki macam-macam port dan koneksi nirkabel agar koneksi dengan internet serta berbagai perangkat keras mudah dilakukan.
Fitur Spesial Pendukung Kreasi
Buat yang belum tahu, saya informasikan bahwa Paul McCartney itu kidal. Bass Höfner ikonik milik Paul McCartney ternyata sedikit dimodifikasi agar menyesuaikan dengan kondisinya yang kidal. Namun sumber lain ada yang mengatakan bahwa bass tersebut memang sejak awal didesain untuk orang kidal.
Mana yang benar tidaklah perlu diperdebatkan, tetapi poin pentingnya adalah, bass tersebut memiliki fitur spesial yang mendukung Paul McCartney dalam berkreasi.
Laptop yang digunakan oleh seorang content creator juga akan sangat baik jika memiliki fitur spesial yang bisa mendukung penggunanya dalam berkreasi.
Secara fisik, memang laptop ya hanya begitu-begitu saja, ada layarnya, ada keyboardnya, ada touch pad-nya. Namun produsen laptop yang inovatif pasti bisa saja menambahkan sesuatu yang bakal menjadi nilai tambah dan memudahkan pada content creator dalam membuat kreasinya.
Mendukung Mobilitas
OK, tadi saya sudah menyinggung bahwa PC laptop lebih baik dipilih dibandingkan PC desktop karena alasan mobilitas. Namun ternyata sekadar memilih laptop tidak serta merta menyelesaikan masalah mobilitas.
Ada jenis laptop tertentu yang memiliki ukuran besar dan bobot yang berat pada rentang kelas ukuran layar yang sama. Laptop seperti ini tentu bakal sedikit menjadi beban saat harus dibawa ke mana-mana.
Ada juga laptop yang meskipun cukup ringkas untuk dibawa-bawa, tetapi ringkih. Kesenggol sedikit saja rusak, apalagi sampai jatuh. Kalau ternyata pengambilan materi untuk pembuatan konten kudu dilakukan di daerah yang agak ekstrim, seperti pegunungan misalnya, pasti bakal ketar-ketir bawa laptop ringkih.
Jadi soal mobilitas juga kudu dipertimbangkan baik-baik saat hendak memilih laptop yang akan digunakan sebagai alat dalam pembuatan karya kreatif.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400), Si Jago Berkreasi
Nah sekarang, laptop apa yang kira-kira bisa memenuhi semua kriteria di atas? Salah satu jawabannya adalah ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400), si jago berkreasi. Laptop ini pasti keren karena mampu memenuhi kriteria laptop untuk para content creator yang syaratnya cukup berat.
Baik, sekarang mari singkapkan kebenarannya.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) Bersahabat Dengan Mata
Seperti nama yang disandangnya, ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) menggunakan teknologi ASUS OLED pada layarnya. Semua laptop yang menggunakan layar ASUS OLED telah mengantongi sertifikasi low blue-light dan anti-flicker dari TÜV Rheinland.
Layar ASUS OLED ini mampu mengurangi pancaran radiasi sinar biru pada panjang gelombang yang berbahaya hingga 70% dan hebatnya itu dilakukan tanpa mengurangi tingkat akurasi warnanya. Tingkat akurasi warna layar ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) ini bahkan sudah berstandar industri melalui sertifikasi PANTONE Validated Display. Reproduksi warna yang dihasilkan mencapai 100% pada color space DCI-P3.
Persahabatan dengan mata tersebut juga diraih berkat ukuran layar ZenBook 14X OLED (UX5400) yang memiliki rasio 16:10 dan resolusi 2.8K (2880 x 1800). Rasio 16:10 ini membuat ruang kerja di layar semakin luas sehingga mata pengguna tidak terpaku pada satu area saja.
Sssttt, tahukan kamu, disamping berbagai macam kehebatan tadi, layar ZenBook 14X OLED (UX5400) ini juga touchscreen loh.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) Memiliki Mesin Yang Kuat
Untuk mengatasi beban kerja aplikasi pengolah kreasi yang terkenal cukup memeras sumber daya laptop, ZenBook 14X OLED dibekali dengan mesin yang kuat, berupa CPU dan GPU terkini. CPU yang digunakan adalah prosesor Intel® Core™ generasi ke-11, sehingga ZenBook 14X OLED (UX5400) akan mampu bukan hanya untuk mendukung kebutuhan komputasi sehari-hari tetapi juga sangat kuat untuk multitasking, termasuk mengelola aplikasi pengolah kreasi.
Sebagai GPU, tersedia chip Intel® Iris Xe Graphics bawaan prosesor serta NVIDIA® GeForce® MX450. Chip grafis tersebut membuat ZenBook 14X OLED (UX5400) memiliki kemampuan pemrosesan grafis ekstra yang dibutuhkan oleh para content creator.
Tak cukup hanya dibekali dengan CPU dan GPU terkini, ZenBook 14X OLED (UX5400) dilengkapi juga dengan memori berkapasitas hingga 16 GB dan ruang simpan berupa PCIe SSD yang memiliki performa tinggi serta kapasitas ekstra lega, bahkan hingga 1 TB.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) Memiliki Koneksi Yang Banyak
Agar mudah terkoneksi ke internet serta ke berbagai perangkat yang dibutuhkan dalam pembuatan content, ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) dilengkapi dengan perangkat koneksi yang banyak, baik koneksi dengan kabel maupun nirkabel.
Untuk konektivitas menggunakan kabel, ZenBook 14X OLED (UX5400) dihadirkan dengan berbagai macam port yang sejauh ini masih digunakan oleh banyak perangkat keras. Berbagai port tersebut adalah HDMI 2.0, USB 3.2 Gen2 Type-A, pembaca kartu MicroSD, dan 3.5mm combo audio jack.
Untuk koneksi ke perangkat yang lebih modern, tersedia USB Type-C Thunderbolt™ 4 yang memiliki kecepatan transfer data sangat tinggi, hingga 40 Gbps, sekaligus dapat digunakan untuk terhubung dengan layar tambahan beresolusi hingga 8K.
Port USB Type-C Thunderbolt™ 4 tersebut bahkan juga mendukung fitur USB Power Delivery sehingga dapat digunakan untuk mengisi daya baterai melalui adapter charger maupun power bank.
Sementara untuk konektivitas nirkabel, sebuah sistem WiFi 6 telah ditanamkan ke dalam ZenBook 14X OLED (UX5400). Dibandingkan dengan WiFi generasi sebelumnya, WiFi 6 memberikan kecepatan transfer data yang lebih tinggi dan stabil.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) Memiliki Fitur Spesial Pendukung Kreasi
Seperti halnya Paul McCartney yang menggunakan bass dengan modifikasi khusus, ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) juga memiliki sebuah “modifikasi” yang bakal memudahkan para content creator membuat kreasinya.
Fitur spesial yang disematkan ke dalam ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) ini adalah ScreenPad™ 2.0. Jadi, touch pad yang aslinya adalah pengganti mouse, diganti dengan layar yang menjadi layar kedua bagi laptop ini. Ukuran ScreenPad™ 2.0 yang kira-kira seperti layar smartphone, memberi kesan seolah memang ada smartphone yang dibenamkan ke dalam laptop ini.
ScreenPad™ 2.0 memiliki banyak fitur yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas sehari-hari, misalnya kemampuan untuk mengakses berbagai shortcut aplikasi tanpa harus menghafal kombinasi tombol pada keyboard.
Ada juga fitur untuk menampilkan antarmuka tambahan untuk berbagai aplikasi utama Microsoft Office, sehingga dengan antarmuka ekstra yang ada pada ScreenPad™ 2.0 ini, pengguna Zenbook 14X OLED (UX5400) dapat dengan lebih cepat mengakses berbagai menu aplikasi yang tampil di layar utama. Dengan demikian, bekerja dengan Microsoft Office bisa dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
Bahkan ScreenPad™ 2.0 dapat pula difungsikan sebagai layar kedua laptop, melalui fitur yang disebut dengan App Switch. Dengan App Switch ini, aplikasi yang tampil di layar utama dapat dipindahkan ke ScreenPad™ 2.0 dengan mudah dan cepat.
ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) Mendukung Mobilitas Penggunanya
Salah satu alasan content creator memilih laptop adalah soal mobilitas. ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400) memberikan kemampuan mobilitas yang tidak nanggung, tak cuma supaya bisa dibawa dari rumah ke kantor saja, melainkan benar-benar mobile ke manapun sang pengguna membutuhkannya.
Dimensi laptop ini benar-benar ringkas, ketebalannya 16,9 mm dan bobotnya 1,4 kg, bahkan ukuran permukaannya setara dengan laptop berlayar 13 inci, padahal layar ZenBook 14X OLED (UX5400) adalah 14 inci.
Dimensi boleh ringkas, tapi bukan berarti melupakan soal ketangguhan. Laptop ultra-portable ini memiliki rancang bangun yang kokoh dan mengantongi sertifikasi lolos uji ketahanan berstandar US Military Grade (MIL-STD 810H). Beberapa pengujian ekstrem yang berhasil dilewati oleh Zenbook 14X OLED (UX5400) di antaranya adalah tes jatuh, tes getaran, hingga tes operasional pada lingkungan ekstrem.
Jadinya pengguna tak perlu khawatir membawa laptop ini ke manapun saat hendak membuat content. Apalagi, baterainya bisa diisi ulang dengan power bank, ingat pembahasan soal koneksi tadi. Para content creator bisa lebih lama lagi berada di lokasi yang jauh dari colokan listrik.
Penutup
Meskipun harus memenuhi kriteria yang ketat untuk menghasilkan sebuah laptop yang bersahabat dengan para content creator, ASUS mampu mewujudkannya dalam sosok ZenBook 14X OLED (UX5400).
Laptop ultra-portable ini bakal menjadi idaman para content creator sehingga mereka bisa menghasilkan karya-karya masterpiece layaknya The Beatles.
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS Zenbook 14X OLED (UX5400) Writing Competition bersama bairuindra.com.
Spesifikasi ASUS ZenBook 14X OLED (UX5400)
Main Spec. | Zenbook 14X OLED (UX5400) |
CPU | Intel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz) |
Operating System | Windows 10 Home |
Memory | 16GB LPDDR4X |
Storage | 1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD |
Display | 14″ (16:10) OLED 2.8K (2880×1800) 90Hz 400nits DCI-P3:100% NanoEdge display PANTONE Validated Display VESA TrueBlack HDR TÜV Rheinland eye care certified 92% screen to body ratio ScreenPad™ 2.0 (FHD+ (2160 x 1080) IPS-level Panel) |
Graphics | Intel® Iris Xe Graphics, NVIDIA® GeForce® MX450, 2GB GDDR6 |
Input/Output | 1x USB 3.2 Gen 2 Type-A 2x Thunderbolt™ 4 supports display and power delivery 1x HDMI 2.0b 1x 3.5mm Combo Audio Jack Micro SD card reader |
Camera | 720p HD camera |
Connectivity | Wi-Fi 6 (802.11ax) + Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2 |
Audio | Built-in speaker Built-in array microphone harman/kardon certified |
Battery | 63WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion |
Dimension | 31.12 x 22.12 x 1.69 ~ 1.69 cm |
Weight | 1.4Kg |
Colors | Lilac Mist, Pine Grey |
Price | Rp23.999.000 |
Warranty | 2 tahun garansi global |
The beatles grup band masterpiece di jamannya,
Zenbook UX5400 laptop masterpiece zaman now
Sepertinya laptop Asus Zenbook UX5400 menjanjikan dalam hal performa, tentu saja mengingat harganya juga yg premium. Selain itu juga lulus US Military Grade (MIL-STD 810H) test, ini salah satu faktor yg saya cari di setiap laptop.
Sepengalaman saya menggunakan laptop Lenovo seri Thinkpad yg juga sama sama lulus test military grade, beneran tangguh, dipake bertahun-tahun masih bandel aja. Sebuah review yang lengkap, thanks.