Watchmen

Setelah sekian lama saya tidak menyalurkan hobi saya yang satu ini (bahkan saya sampai lupa film terakhir yang saya tonton), akhirnya saya kesampaian juga nonton lagi. Juga kesampaian “mencicipi” XXI Jogja. Dan film yang saya pilih adalah Watchmen.

Walaupun bertema superhero, Watchmen jelas bukan konsumsi anak-anak. Amat sangat disayangkan ketika saya nonton, ada beberapa orang anak yang juga nonton. (doh) Hai para orang tua, cari info dulu dong sebelum mengajak anak-anaknya nonton sebuah film. Di situs 21 Cineplex jelas-jelas tertulis kalau fim Watchmen adalah film untuk dewasa. Buat pengelola XXI, mestinya juga berani tegas untuk menolak anak-anak masuk ke dalam teater yang memutar film dewasa.

Mengapa Watchmen bukan konsumsi anak-anak? Berikut sedikit review dari saya. Bagi yang belum nonton tapi sudah kebelet nonton, sebaiknya sih jangan membaca lanjutan tulisan ini walaupun saya berusaha untuk tidak membocorkan jalan cerita. (evilsmirk)

Superhero yang digambarkan oleh Watchmen sama sekali bukan superhero masa kecil kita. Superman, Batman, Spiderman, Wonder Woman, (dulu di masa kecil saya malahan ada Supersonicman dan Pumaman yang saya yakin sebagian besar dari Anda tidak kenal), adalah contoh sempurna superhero masa kecil kita. Muda, ganteng/cantik, baik hati, sopan, tidak sombong, relatif sangat jarang membunuh penjahat yang berasal dari ras manusia biasa (kecuali bila penjahatnya adalah monster, alien, atau memiliki kekuatan super juga).

Di Watchmen, gambaran seperti itu sungguh dijungkirbalikkan. Superhero juga manusia, mereka punya sisi kelam. Mereka juga tambah tua.

Seorang superhero digambarkan punya libido tinggi, suka main perempuan tanpa mau bertanggung jawab.

Yang lain digambarkan menghalalkan segala cara. Dengan alasan untuk mendatangkan kebaikan bagi lebih banyak orang, dia tega mengorbankan banyak jiwa.

Superhero yang tega membunuh superhero lain gara-gara tidak lagi sejalan dengan ide-idenya.

Ada pula yang sangat telengas. Menghajar mereka yang menghalangi jalannya hingga babak belur, cacat seumur hidup, bahkan mati, walaupun itu seorang polisi sekalipun.

Duel selalu digambarkan dengan sadis. (idiot) Tangan dan kaki yang patah secara ekstrim dan darah berceceran dengan volume yang rasanya agak berlebihan sudah tentu sangat tidak layak dikonsumsi anak-anak. Belum lagi adegan seks yang rada vulgar. (Waktu adegan seks itu, anak-anak yang ikut nonton itu cekikan, apa coba yang ada di pikiran mereka?) (annoyed)

Buat saya, diluar adegan sadis dan seks itu, film ini menarik karena mengeksploitasi sisi humanis seorang superhero dan justru bukan semata-mata menonjolkan kekuatan supernya. Pergumulan batin mereka digambarkan dengan lugas dan dengan jujur memotret kehidupan di dunia nyata. Dan sekalipun timeline-nya berulang kali bolak-balik karena flashback, alurnya tetap mudah diikuti.

Film superhero lain yang barangkali sanggup bersaing dengan Watchmen adalah The Dark Knight.

Follow me on social media:

Similar Posts

34 Comments

  1. saya pun suka.. karena memang saya pecinta komik.. Dan komik Watchmen memang salah satu komik yg bisa dikatakan revolusioner, krn menjungkirbalikkan genre komik yg ada saat itu. Btw komiknya udah dibuat dari tahun 1990-an.. (lupa kapan)

  2. setuju semua dg review mas yahya di sini. openingnya aku suuukaaa byangeti. kereeeeennnn…bisa membawa aroma thn 40an dst dg sangat kuat.

    adegan gebug2annya juga mantep. karakter yg cukup kuat. jalinan cerita yg cukup rumit tp terbangun dg cukup baik. dan sonyol di mana-mana (hassle)

    dan soal ortu, bener bgt tuh. dasar ortu tolol, bawa anak2 di film kek gituan. mikir opooooo ngono lhooooo (angry) (idiot)

    btw telengas ki opo tho?

  3. Iya saya juga setuju dengan pendapat anda, tapi ini bukan salah yang buat, karena dari komiknya memang seperti itu, ceritanya dibuat lebih komplek
    Saya suka banget ama ceritanya, apa lagi polemik yang dihadapi oleh DR manhattan n Rorscach
    Tapi filmna ni punya makna moral juga kok
    walawpun ada adegan sex (itu ud ada dari komik n gak bisa di del karena berkaitan dengan cerita) n Bloody fighting (klo ini mah karena Sutradaranya)

    1. you nailed it. I was bored with it, but I know that if this came out when I was 8 years old I would have loved the acotin figures and bought a t-shirt. Id much rather see a super Sci-Fi sequel take place on an alien planet. The best scene in the movie was the scene with all thre green lanterns doing battle in space.

  4. Berdarah2nya beda.
    Di komik, berdarah karena kepala pembunuh dibenturkan oleh Adrian Veidt. Tetapi tidak ada adegan superhero membacok kepala atau superhero menusuk leher lawan dengan pisau. Alasan perubahannya? Karena cara yang ada di komik sudah difilmkan di film “Saw”.. motivasi yang salah.

    Jelek karena, Snyder terlalu mengumbar kekerasan di bagian awal sehingga penonton kelelahan dan di bagian akhir malah melompong. Padahal puncak komik di bagian akhir, di mana kota New York berdarah-darah hingga delapan halaman. Di versi film, kita cuma diberikan reruntuhan bangunan dan dalam waktu singkat sehingga tidak ada perasaan simpati pada korban-korban Veidt.

    Bahkan, Snyder menggambarkan tokoh-tokoh utamanya sebagai “superhero” saja adalah kesalahan fatal. Di komik, mereka dirujuk sebagai “masked avenger” atau pahlawan bertopeng. Mereka benar-benar manusia (kecuali Dr. Manhattan) yang gak bisa melempar orang hingga bermeter-meter.

    Menurut saya,
    film ini adalah ‘hit and miss’. Beberapa inovasi Snyder berhasil tetapi beberapa gagal. Jadi sebenarnya kalau dibilang Snyder setia pada komiknya, yah.. tidak juga.

    Ada salah satu kritikus yang mengatakan TDK tidak mengumbar kekerasan secara frontal tetapi malah berhasil, sementara Snyder di Watchmen mengumbar kekerasan terlalu banyak (lebih banyak dari komiknya) tetapi malah gagal.

    Kalau kulihat, penonton di Indonesia tampaknya lebih berhasil menikmati Watchmen dibandingkan penonton Watchmen di Amerika Serikat (saya menonton di Amerika). Mungkin karena penonton Indonesia membaca teks terjemahan sementara buat orang Amerika Serikat, kekerasan yang ditampilkan justru mengganggu cerita. Saya sendiri, ketika menonton untuk kedua kalinya, sambil menutup mata, saya justru malah bisa menikmati filmnya.

  5. nampaknya saya memang ga perlu nonton film ini.. udah terlalu banyak baca resensi di sana dan di sini (funkydance)

  6. bener banget. Saya rasa memang film watchmen adalah film superhero yang nggak ditujuin bwat anak-anak.. Bisa dibilang ini film superhero punyanya orang gede. Jelas banget alur ceritanya ngga sederhana di mana biasanya film superhero anak2 keliat banget antagonis and protagonisnya.. hhe, yang baik mesti menang.
    Saya juga penggemar film watchmen karna film ini menceritakan sisi kehidupan dari seorang superhero.. Ternyata superhero juga manusia yang memiliki sejuta lika liku khidupan.. Superhero juga digambarin ga selalu punya sifat yg baik2.. Good Film! (lol)

  7. saya suka sisi manusiawi dari superhero yang ditonjolkan di film itu,
    tapi bukan untuk memaklumi, karena biar superhero kalau tindakannya salah ya tetap harus dinilai salah

  8. bagi yg pengen tau komiknya kaya gimana ada di 4shared.com, format pdf.
    watchmen emang rada unik, komiknya aja dibilang novel grafis (unsure)

  9. wah…, jadi pengin nonton nih pak. Makasih pak atas reviewnya mulanya aku mau ngajak anakku, wong pikirku film komik pasti spt film2 komik yang laen. jadinya besok ngajak istri aja. Kira2 nanti aku bisa comment seperti anda ndak ya?nuwun.

  10. heuHm,,,aq PgN nontoN tapI di BaNdung belum nongoL juga..tadinYa sempet ada di DafTar coming soon,,tapi tiba2 udah ga ada..kenapa yah?

  11. jujur aku bingung sama filmnya.. Sebenernya sulit untuk dimengerti..Sampe2 ktiduran (sleeping) (doh) (banana_rock)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *