Heboh Bakteri E. sakazakii di Susu Formula

Beberapa hari terakhir ini kita dihebohkan dengan adanya klaim dari para peneliti IPB bahwa beberapa susu formula mengandung bakteri E. sakazakii. Bakteri tersebut dapat menyebabkan diare akut.
Saya bukan seorang ahli di bidang kesehatan, apalagi seorang dokter ataupun farmasis, namun adanya berita tersebut cukup menarik perhatian saya. Salah satu sebabnya adalah karena dua orang anak saya dahulu juga mengkonsumsi susu formula. Dan ternyata sampai sekarang mereka sehat-sehat saja, bahkan tergolong anak-anak yang cerdas.

Google adalah sarana pemuas rasa penasaran saya. Melalu google pulalah saya menemukan artikel tentang E. sakazakii yang diterbitkan oleh WHO di sini. Artikel tersebut tersedia dalam bentuk PDF, Anda bisa mendownload dan membacanya juga. Karena dipublikasikan oleh WHO, isi artikel tersebut tidak perlu diragukan lagi, bukan?.
Melalui artikel tersebut ada beberapa hal yang saya dapatkan:

  1. Bakteri E. sakazakii memang ada di susu formula, bahkan telah ada penelitian mengenai bakteri tersebut yang dilakukan pada tahun 1960an.
  2. WHO dan FAO telah melakukan pertemuan pada tahun 2004 terkait dengan adanya bakteri tersebut.
  3. Di Belanda, hanya 10 kasus infeksi bakteri tersebut yang terjadi selama 40 tahun.
  4. Bayi yang paling berpotensi terkena infeksi bakteri tersebut adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 g).
  5. Probabilitas terserang bakteri tersebut adalah 8.9 × 10-6 atau 1 berbanding 8.900.000, itupun untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
  6. Probabilitas tersebut bisa berkurang hingga 10.000 kali lipat bila susu dilarutkan dengan air di atas suhu 70 °C.

Terkait dengan point nomor 1 dan 2 yang saya sebutkan di atas, mengapa kita baru ribut-ribut sekarang? Karena baru saja ditemukan oleh para peneliti IPB? Apakah itu berarti sebelum ditemukan oleh para peneliti IPB, tidak ada susu formula yang terkontaminasi bakteri E. sakazakii? Saya kok enggak yakin. (Saya jadi ingat suatu kejadian yang 68% mirip, yaitu tentang seseorang yang mengaku menemukan sebuah lagu).
Yang saya sesalkan, mengapa bila ada kejadian seperti ini, media massa selalu mengemasnya secara bombastis. Tidak ada upaya untuk memberikan informasi tambahan seperti catatan sejarah bakteri tersebut di dalam susu formula, probabilitas bayi yang mungkin terinfeksi bakteri tersebut, cara penanggulannya, ataupun upaya untuk menyelidiki, setidaknya selama kurun waktu 2004 hingga sekarang, ada berapa kasus bayi yang terinfeksi bakteri tersebut. Dengan demikian, pemberitaan menjadi berimbang, dan bukannya “pokoknya sejumlah susu formula terkontaminasi bakteri dan itu berbahaya. Titik.”
Jadi ibu-ibu yang memiliki bayi, kalau menurut saya sih rasanya tidak perlu merasa kuatir yang berlebihan. Apalagi sampai mengganti susu dengan air tajin. Apakah juga jaminan bahwa air tajin bebas bakteri?
***
Adanya kehebohan seperti ini kadang menjadi blessing in disguise juga. Ibu-ibu akan semakin terdorong untuk memberikan ASI Eksklusif sampai usia bayi 6 bulan. Masalahnya, bagaimana dengan ibu bekerja? Cuti yang diterima umumnya hanya dua bulan setelah melahirkan. Setelah ibu bekerja kembali, faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif tentu sangat besar. Padahal Departemen Kesehatan Indonesiapun menyerukan para ibu untuk memberikan ASI Eksklusif sampai usia bayi 6 bulan.
Usul saya sih, DepKes melakukan koordinasi dengan Depnakertrans agar memberikan hak cuti kepada ibu melahirkan hingga usia bayi 6 bulan, agar program pemberian ASI Eksklusif bisa berhasil. Bisa?

Follow me on social media:

Similar Posts

13 Comments

  1. pemberitaan ini kok rasanya ibarat hoax yah? kerabat juga sempat geger gara2 berita ini..

    Denger dari kerabat juga.. kok aku rasanya 68% nggak percaya… tapi mau ngasih tahu baik-baik.. kok di media malah ada berita bayi terinfeksi E. Sakazakii…

    Walah.. media massa kok rasanya 68% asal nulis (yang 32% berita plasu 😀 )

  2. Gak usah kuatir toh di indonesia yg terkena bakteri e.sakazakii baru 3 kasus,lagian yg diteliti kan susu keluaran 2003 dan yg udah kadaluarsa. jadi kenapa heboh banget sih

    media massa terlalu mendramatisir suasana. hebohnya hampir seheboh goyangan inul aja

    JANGAN GILA DOOOONG!!!!!!!!!!!!

  3. Iya nech. bikin spaneng aja. Secara Aqyu ini seorang ibu gitu loch…………..

    Jadi kita ga usah khawatir lagi….

  4. iya. ibu-ibu jangan terlalu kahawatir…
    toh selama ini bayi di Indonesia masih baik-baik ajah!
    lagi pula, kalo ada yang tidak beres, pasti bayi kita juga bisa merasakannya….
    gitu ajah kok repot???

  5. mas mau tanya, ada keponakan saya baru lahir prematur langsung dikasih susu formula sama susternya dan alhasil sekarang ada kuman di darahnyaa..

    itu sakazakii?

  6. thanks ya oom Yahya buat infonya. org indonesia emg kepalanya cepet panas. dikomporin dikit langsung heboh.. info di blog ini bisa menjadi penyeimbang berita susu formula yg lagi booming dan berat sebelah. aku jg dah cek ke tkp dan udah ngedownload info mengenai bakteri ini.. thanks pokoknya.

  7. td aku sempat bingung.. kok om yahya pernah posting ginian dan dr pembahasannya terlihat sangat menguasai masalah. Lalu aku ingat postingmu di Tret Aku dan Skripsiku, baru paham hoo iya kan alumnus tekkim ihiihihihi

  8. “Masalahnya, bagaimana dengan ibu bekerja? … faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif tentu sangat besar.”

    Saya ibu bekerja lho kak… kedua anak saya bisa kok dapat ASI Eksklusif. ASI bisa dipompa, simpan di kulkas kantor atau coolbox dg blue ice, diberikan utk bayi esok harinya ketika ditinggal kerja. Kuncinya adalah niat & usaha.

  9. setuju dg koment Sabai, ibu bekerja bukan halangan utk kasih ASI. Tp kalau ada kebijakan cuti menyusui lbh bagus lagi hehe.
    nah soal si sakazakii ini, biarpun kejadiannya cuma nol koma nol nol nol sekian persen tetap saja itu urusan nyawa seorang bayi, apa bisa diganti??? mgkn kita bisa ‘tenang-tenang saja’ krn kebetulan bukan bayi kita yg jadi korban. tp bayangin gmn perasaan seorang ibu yg hrs kehilangan bayinya? so, mnrt saya sih kewajiban pemerintah dong buat melindungi rakyatnya, apalagi ini menyangkut kualitas generasi bangsa. dan bukankah hak hidup secara sehat dan layak adalah salah satu HAM?? jadi ada bgsnya juga media cukup gencar memberitakan, biar semua terbuka matanya.thx.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *