Tips Menghadapi Flexing dan Curhat di Media Sosial

Sama seperti halnya dunia nyata, isi dunia maya itu juga banyak ragamnya, termasuk tapi tidak terbatas pada mereka yang suka flexing dan curhat di media sosial.

Ada orang yang suka flexing (bahasa zaman sekarang untuk “pamer”), misalnya beli fashion bermerk, jalan-jalan ke luar negeri, pamer hape baru, dan lain-lain, lalu ditampilkan di media sosial.

Menanggapi yang seperti ini, kita sebaiknya jangan terjebak dan ngelokro (bahasa jawa untuk hilang semangat). Bisa saja mereka flexing itu untuk menutupi sesuatu. Kita kan tidak bisa tahu persis seperti apa kehidupan asli mereka.

Supaya kita tidak sakit hati saat kecipratan pamer itu, anggap saja begini: fashion bermerk yg dipamerkan itu barang kawe.

Foto hanya pemanis, tidak ada hubungannya dengan cerita ini

Jalan-jalan ke luar negeri itu cuma ke tempat wisata di propinsi sebelah yang disulap ada menara Eiffel dan patung Liberty. Banyak kan sekarang yang seperti itu.

Pamer hape itu cuma pinjam temannya yang pas kebetulan beli baru, dipinjam supaya bisa posting di Instagram doang.

Dengan begitu kita gak perlu sakit hati karena dipamerin.

Kalau dibilang soal fashion bermerk, fashion saya itu bermerk semua lho. Kaos merk ASUS dan Xiaomi, jaket merk ROG dan POCO, tempat minum merk Oppo. Bermerk kan?

Saya juga sering pamer hape, tapi ketahuilah, itu untuk kepentingan pekerjaan saya yang reviewer. Nanti hape itu ada waktunya dikembalikan, hehe. Jadi jangan sakit hati ya.

Nah, di sisi yang lain, ada juga suka curhat di dunia maya. Kalau curhat sesekali dan masih dalam batas tertentu sih oke lah ya, tapi kadang curhatnya kebablasan, seolah-olah dia itu paling menderita di dunia dan segala aib keluarga diumbar.

Menghadapi model seperti ini, ya kita bersyukur saja lah, bahwa kehidupan kita tidak seperti itu.

Barangkali mungkin sesekali kita mengalami juga hal-hal yang dikeluhkan orang-orang itu, tapi ya cukup disimpan dalam hati saja. Kalaupun toh tidak kuat dan ingin melampiaskan, curhatlah dengan elegan tanpa mengumbar aib.

Cara curhat elegan gimana? Ya kayak tulisan ini, curhat lho ini sebenarnya, wkwkwk.

Ada jenis yang lain lagi, yaitu suka menampilkan kata-kata mutiara, data dan fakta, kalimat motivasi, dengan intonasi yang melebih-lebihkan.

Kalau ada kata-kata yang melebih-lebihkan, tak ada salahnya kita melakukan cek dan ricek, cari fakta pembanding. Bisa jadi apa yang dibagikan itu benar, tapi mungkin kurang tepat. Lebih berbahaya lagi jika ternyata itu hoax.

Jangan sampai kita terhanyut dengan indahnya kata-kata yang dibagikan, lalu malah ikutan membaginya.

Foto hanya pemanis, tidak ada hubungannya dengan cerita ini

Contoh saja nih, belum lama ini ada yang menulis begini: kalau punya anak, kita ingin anak kita itu jadi cerdas atau patuh?

Kalau ingin anak kita jadi cerdas, kita kudu siap ditentang dan didebat anak sendiri. Kalau ingin jadi anak patuh, harus rela anaknya plonga-plongo dan tidak kreatif.

Kamu harus pilih kepatuhan atau kecerdasan, nothing in between.

Mbel!

Saya ndak setuju. Anak-anak saya itu lho, cerdas, kreatif, tapi patuh. Saya ndak perlu membuktikan apa-apa, kalau kenal sama saya dan anak-anak saya, pasti mengamini.

Jadi intinya, untuk menghadapi orang suka flexing, curhat, atau membagikan data-fakta gak jelas, kudu banyak bersyukur dan cari fakta-fakta pembanding.

Itu aja sih.

Follow me on social media:

Similar Posts

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *