Kesan Test Drive Xpander

Test Drive Xpander – Sebuah chat di WhatsApp meluncur masuk ke ponsel saya. “Sore Oom, ini unit review sudah ada di kantor, silakan datang dan mencoba”. Namun kali ini bukan hape yang saya tes, melainkan sebuah mobil. Xpander Exceed M/T. Tentu saja kesempatan test drive Xpander ini tidak saya lewatkan dong.

Nah, setelah ambil video singkat, langsung deh saya nyoba. BTW, kenapa video doang? Ya karena foto-fotonya udah saya lakukan pas kebetulan bisa mampir ke GIIAS, bulan Agustus 2017 lalu.

Baik, langsung saja ya, inilah kesan saya terhadap Mitsubishi Xpander.

Eksterior

Soal eksterior Xpander ini sepertinya tidak perlu terlalu banyak diceritakan ya. Pasti kehebohan soal launchingnya sudah bikin eneg dan sampai hafal soal eksteriornya.

Test Drive Xpander

Mungkin yang sedikit bisa saya ceritakan cuma soal penutup lampu utama. Penutup lampu tersebut bukan kaca tapi mika. Hanya saja pihak Mitsubishi mengklaim jika mika tersebut sangat kuat, jauh lebih kuat dibandingkan dengan kaca. Jadi ini setidaknya mengurangi kekhawatiran mika tersebut pecah terkena batu misalnya, karena posisinya yang memang sangat di bawah begitu.

Test Drive Xpander

Mari kita tunggu, apakah ke depannya bakal ada keluhan soal mika ini atau tidak.

Under the Hood

Jujur saja saya tidak mengerti soal mesin mobil. Hanya saja, melihat posisi mesin di dalam ruang mesinnya, nampaknya cukup luas karena posisi mesinnya agak ke bawah, sehingga memudahkan teknisi untuk melakukan perbaikan atau penyetelan.

Aki Xpander juga kecil, jauh lebih kecil daripada aki Mirage, padahal mobilnya lebih besar.

Interior

Begitu menerima kunci kontak, saya langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kabin di posisi kanan depan. Door handle model bridge yang membuat Xpander nampak elegan ini ringan dan memudahkan saat membuka pintu.

Lantainya Xpander sedikit tinggi, buat saya tentu tidak menjadi masalah namun bagi orang yang sudah sepuh, mungkin bisa jadi kurang nyaman. Sayang sekali memang Xpander tidak dilengkapi dengan foot step. Cuma sepertinya hal tersebut tidak menjadi masalah berarti karena foot step pasti mudah ditemukan di variasi mobil.

Jok Xpander nyaman dan tebal. Saya yakin jika digunakan untuk perjalanan panjang, pasti nyaman. Untuk driver, jok mudah diatur, baik maju mundurnya maupun kemiringan sandaran punggung. Setir dilengkapi dengan fitur tilt dan telescope. Dengan berbagai kombinasi tersebut, driver sangat dimanjakan karena bisa dengan mudah menyesuaikan posisi setir dan kursi agar cocok dengan postur tubuhnya. Setirnya menggunakan setir yang sama dengan Mirage Exceed, termasuk kelengkapan tombol-tombolnya.

Test Drive Xpander

Ruang duduk driver luas, jauh terasa lebih lapang dibandingkan dengan Avanza. Ruang pandang ke depan juga baik, hanya saja dashboard sedikit lebih tinggi daripada Avanza. Mohon maaf Avanza saya jadikan pembanding karena hampir pasti semua orang pernah naik Avanza, minimal menengok interiornya lah.

Ruang penyimpanan di dashboard, menurut saya agak kurang karena hanya tersedia di bawah tombol AC (bagian bawah head unit) serta sebuah ruang memanjang secara horisontal di atas laci di dashboard sebelah kiri.

Test Drive Xpander

Sedangkan ruang simpan di bagian bawah pintu cukup lapang, bisa memuat dua botol minuman dan beberapa barang kecil.

Pada konsol tengah, tersedia dua buah ceruk untuk menampung dua buah gelas atau botol serta sebuah kotak penyimpan yang di dalamnya terdapat power outlet yang bisa dimanfaatkan untuk isi ulang ponsel. Cuma sayangnya modelnya masih pake colokan seperti pemantik api.

Baris kedua Xpander lapang, bahkan bila baris ketiga tidak “dihuni”, pengguna baris kedua ini bisa memundurkan kursinya ke belakang untuk mendapatkan leg room yang luas. Kursi baris kedua terbagi menjadi dua dengan perbandingan 60:40. Pintu baris kedua juga menyediakan ruang simpan untuk botol, namun hanya satu botol yang muat.

Di atas baris kedua terdapat blower AC untuk memastikan AC berhembus hingga ke baris ketiga.

Mundur lagi ke baris ketiga, leg room-nya relatif cukup manusiawi lah. Plus ada lagi colokan power di sisi kanan. Cuma yang mengganggu banget itu rel jok baris keduanya. Mudah-mudahan diperbaiki di versi facelift.

Baris ketiga ini sandarannya bisa direbahkan, tentu saja saat bagasi tidak penuh barang. Pelipatan sandaran ke depan juga relatif mudah, cukup dengan menarik tali yang ada di bagian atas sandaran dan mendorongnya ke depan. Saat sandaran jok baris ketiga dan kedua direbahkan semua, sandaran jok ini bisa rata hanya saja agak menurun ke belakang, tidak horisontal.

Di bagasi ada ruang di bawah lantai yang bisa digunakan untuk penyimpanan.

Nah, nampaknya soal interior cukup segitu dulu ya. Toh pasti banyak yang sudah melihat sendiri khan?

Sensasi Pengendaraan

Jantung berdegup dan hati berdesir ketika sudah duduk di kursi pengemudi. Maklumlah, saya sendiri sebenarnya ngefans sama mobil ini ketika fotonya sudah mulai viral di internet. Cuma ya karena belum mampu beli, perasaan itu dipendam saja, jadi kesempatan tes drive ini benar-benar harus dinikmati.

Namun adrenalin itu sempat drop ke titik terendah ketika kunci kontak saya masukkan ke lubang kunci dan memutar starter. Loh, kok gak bunyi?

Haha, ternyata untuk menyalakan mesin Xpander, pedal kopling kudu diinjak dulu. Maklum ndeso. Jadi barulah ketika pedal kopling saya injak, mesin mau menyala.

Getaran mesin halus sekali, sudah sewajarnya karena ini mobil baru, 4 silinder pula. Tapi itu juga menandakan peredamannya baik. Di dalam kabin Xpander ini memang cukup kedap dan hening.

OK, masuk ke gigi satu dan tariiiikk. Saya sempat punya ekspektasi Xpander ini agak lemot, tapi nyatanya tarikannya responsif. Sensasinya mirip dengan Brio Satya.

Perpindahan gigi sangat mulus, perpindahan tongkat persneling sangat halus, nyaris tak terasa. Perpindahan tongkat persneling yang ringan ini menyenangkan dan menurut saya pasti disukai oleh ibu-ibu. Hanya saja bagi saya kurang memberikan sensasi nyetir mobil manual. Untuk soal perpindahan gigi persneling, saya paling suka dengan Brio Satya, ringan tapi masih menyisakan sensasi “benturan” saat dipindah dan bunyi “klak-klak” yang khas. Mungkin padanannya adalah keyboard komputer masa kini vs keyboard komputer mekanik di era PC masih bermesin Pentium.

Saya hanya sempat menjajal Xpander di jalan aspal yang mulus, namun cukup lah untuk merasakan suspensinya, terutama saat saya ajak menikung dengan kecepatan rada tinggi. Xpander ini relatif tidak limbung saat menikung, dan karena suspensinya masih menggunakan torsion beam, saya acungi jempol kepada engineernya. Memang konon suspensinya mengadopsi teknologi suspensi Lancer. Saat saya banting setir untuk pindah lajur, mendahului kendaraan di depan, juga tidak terlalu terasa mengayun.

Power steering Xpander sangat ringan. Sekali lagi, ini pasti menyenangkan bagi ibu-ibu namun bagi mereka yang memiliki hobi nyetir, pasti akan merasa ringannya setir ini sedikit kurang memberikan feedback.

“Meteran” yang ada di dashboard relatif mudah dibaca. Ada speedometer, RPM, kapasitas bahan bakar, MID, dan – ini yang paling menyenangkan – temperatur mesin. Yang disebut terakhir ini sudah jarang menjadi kelengkapan standar mobil-mobil masa kini, adanya cuma indikator yang hanya menyala bila mesin sudah overheat saja. Di MID, konsumsi bahan bakar menunjukkan angka 13 km/liter. Surprise loh, kirain Xpander rada boros.

Test Drive Xpander

Tiba saatnya saya putar balik untuk kembali ke dealer dan saat memutar, radius putar Xpander cukup kecil sehingga saat bisa berputar sekali jadi tanpa harus melakukan koreksi. Saat hendak berputar, saya juga menyempatkan diri mencoba apakah tuas lampu seinnya dilengkapi dengan blinker dan ternyata memang ada. Tuas lampu seinnya ditowel sedikit, lampu sein akan menyala tiga kali. Jika ingin menyala penuh, tarik hingga berbunyi klik, bunyi yang halus dibandingkan dengan bunyi tuas sein Mirage yang kasar.

Omong-omong soal bunyi, bunyi klakson Xpander cukup merdu. Audio systemnya pun kualitasnya sama dengan Mirage, bahkan sangat mungkin sedikit lebih bagus.

Saat kembali ke tempat parkir, saya harus memundurkan Xpander dan baru menyadari bila ternyata arah persneling mundurnya mirip mobil eropa, yaitu seperti mengarah masuk ke gigi satu, namun harus didahului dengan mengangkat cincin yang mengelilingi tuas persneling tersebut.

Kesimpulan

Nah, itulah kesan saya saat melakukan tes drive Xpander. Berikut ini kesimpulan yang bisa saya tarik dari tes drive Mitsubishi Xpander Exceed M/T ini:

Pros:

  • Kabin luas dan hening
  • AC dingin
  • Setir dilengkapi tilt dan telescop
  • Tarikan responsif
  • BBM lumayan irit (based on MID)

 

Cons:

  • Setir terlalu ringan, feedback kurang
  • Tempat penyimpanan di dashboard relatif sedikit
  • Rel jok baris kedua mengganggu baris ketiga
  • Tuas hand brake segede gaban

 

Videonya menyusul yaaa, maklum belum sempat menyunting videonya.

BTW, jika kamu tinggal di Jogja dan tertarik membeli Xpander, silakan kontak mas Oto di 0822-4234-2999

Follow me on social media:

Similar Posts

19 Comments

  1. buset, Xpander dimirip-miripin sama Brio Satya.. XD

    tapi saya jd pnsaran sama persneling mundurnya, blm pernah nyoba yg kyk gitu hehe

  2. Xpander ini enak banget memang oom, dan harganya lebih murah dari avanza. Tinggal nunggu beredar di jalanan aja, aku kira bakal poluler jadi armada uber/grab/gocar. ?

  3. Saya sempat nyoba juga nih yang matic waktu ada pameran di Palembang. Posisi tuas persnelingnya agak aneh menurut saya *eh atau saya yang ga biasa aja plus ndeso ya*
    Suara mesinnya alus. Nyobain di bangku baris kedua sih cukup lega ya, tapi ga nyoba di baris ke tiga

  4. Asyik ni si om udah ngerasain test drive Xpander, sensasinya pasti sangat luar biasa ya om?

  5. Dr luar keliatan kokoh banget..

    Pengen sih, tapi mihil. Mesti nombok banyak klo tukar tambah. Mirip brio kan rasanya. Ya udah, pke brio dulu aja…

Leave a Reply to Mikhail Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *