Menjaga Semangat Kerja Tetap Hangat dengan ASUS EeeBook E202

Percaya gak kalau saya ini gak punya notebook? Apa? Orang sekaliber Oom Yahya gak punya notebook? Iya kenyataannya begitu. Meskipun di rumah ada tiga buah notebook, tapi ketiganya bukan punya saya. Dan meskipun tiga, cuma satu yang saya beli.

Trus karya-karya Oom Yahya yang maha spektakuler itu dibikin pake apa? Ya PC laaah. Kadang-kadang saat kepepet, hape kesayangan saya juga bisa jadi alat bantu dalam menghasilkan sebuah tulisan yang keren.

Cuma ya jujur saja nih, kadang memang saya merasa terbelenggu dengan hanya memiliki PC saja. Saat sedang membutuhkan mobilitas tinggi, tentu gak mungkin khan saya bawa-bawa meja komputer dan kursi direktur saya ke mana-mana. Café mana yang mau menerima coba. Boro-boro bawa meja kursi, kadang di pintu masuk aja tulisannya “dilarang membawa makanan dan minuman dari luar”. Apalagi meja kursi, khan?

Hape? Ya hape gimanapun bukan alat yang tepat untuk menulis. Hape gak ada tintanya khan? Eh anu … ya intinya gak nyaman digunakan untuk menulis.

Nah, di sinilah saya kadang merasa sedih. Ada tiga notebook di rumah, tapi tidak bisa saya pakai. Semacam suami-istri yang LDR dan pas ketemu, si istri lagi palang merah. Karena itu saya bertekad kuat untuk segera memiliki sebuah notebook sendiri, supaya produktivitas dan kreativitas tak terbelenggu kala harus mobile.

Tak terhitung berbagai lomba blog berhadiah notebook yang saya ikuti dan sungguh luar biasa, tak terhitung juga notebook yang telah saya miliki sekarang. Gini loh, tak terhitung itu tidak dapat dihitung karena belum ada.

Jadi memang jangan terlalu ngarep menang dari lomba blog (kecuali yang ini ya mbak Uniek). Berharap itu pada Tuhan *uhuk* yang memampukan kita berusaha untuk membeli notebook sendiri. Jika segala daya upaya sudah dilakukan dan notebook belum terbeli juga, ya berarti itu memang belum jodoh Anda. Sik kok malah nyelonong ke jodoh barang, hehe.

ASUS EeeBook E202

OK, sekarang setelah berdoa dan berusaha keras hingga akhirnya mampu mengumpulkan uang untuk membeli notebook, saatnya masuk ke tahapan berikutnya, yaitu bingung notebook apakah yang kudu dibeli.

Nah, kalau bingung, mari saya beri petunjuk. Loh, sendirinya gak punya kok mau kasih petunjuk ke orang lain? Nah ini salah kaprah. Memangnya apoteker itu kudu punya atau pernah minum segala macam obat dulu biar tahu obat? Khan enggak. Lagipula atas rekomendasi saya, banyak loh teman-teman saya yang beli sebuah brand notebook dan kemudian puas.

Jadi gini, pertama saat hendak membeli sebuah notebook, selami dulu hatimu dan jujurlah menjawab, apakah notebook ini adalah sebuah kebutuhan atau keinginan. Kalau keinginan ya sudah gak usah beli, kelar. Balik lagi baca artikel ini dari atas. Tapi kalau memang benar butuh, tentunya bakal bisa segera menjawab, butuh yang seperti apa?

Kebutuhan akan notebook bisa dikelompokkan dari sudut pandang macam-macam sih. Misalnya dari sisi mobilitasnya, dari sisi performanya, dari sisi kelengkapan featurenya, dan lain-lain. Tapi biar gampang, saya kelompokkan dari sisi pekerjaan yang bakal dilakukannya, apakah berat, sedang, atau ringan.

Pekerjaan berat itu misalnya untuk game, video editing, 3D rendering, dan hal-hal yang terkait. Game yang saya bicarakan di sini tentunya game kelas berat macam Battlefield, GTA, Batman, dan lain-lain, bukan Solitaire yang PC jadul saja masih mampu menjalankannya.

Pekerjaan sedang mencakup olah foto, presentasi multimedia, menulis naskah yang panjang dan terdiri dari banyak dokumen yang saling terkait, dan lain-lain.

Pekerjaan ringan misalnya mengetik naskah yang relatif pendek, presentasi yang lebih banyak mengandalkan teks, media sosial, dan lain-lain.

Memang kadang ada hal tertentu yang bisa saja masuk ke ketiganya, pemrograman misalnya. Namun tentunya sang programmer bisa menilai sendiri apakah program yang akan dikembangkannya nanti tergolong kelas berat, sedang, atau ringan, sehingga bisa memilih notebook yang tepat. Olah fotopun bisa masuk kategori ringan jika hanya sebatas cropping atau resizing. Namun setidaknya ada sedikit gambaran lah tentang kelas notebook yang hendak dibidik.

OK, berhubung saat ini kebutuhan saya lebih menyasar ke arah pekerjaan ringan, maka saya akan bahas tentang notebook yang memenuhi kebutuhan saya tersebut. Gak perlu pake basa-basi lagi, notebook yang dimaksud adalah ASUS EeeBook E202. Jika Anda butuh notebook kelas berat dan sedang, boleh loh mampir di tulisan saya tentang ASUS ROG GX800 dan ASUS Vivobook Flip TP301UA.

Kenapa saya menjatuhkan pilihan ke ASUS EeeBook E202? Ada beberapa alasan.

 

Performa

Untuk menopang kebutuhan pekerjaan ringan, tidaklah dibutuhkan prosesor yang sangat kencang namun jelas tak boleh memalukan. Prosesor Intel kelas Celeron sepertinya sudah lebih daripada cukup. Dan memang ASUS EeeBook E202 diperkuat dengan prosesor Intel® Celeron® Dual-Core N3050 Processor, 2.16 GHz.

Apa yang lebih perlu diperhatikan ketimbang mengedepankan performa gahar? Irit daya. Ya, notebook ini tentu bakal lebih banyak digunakan dalam keadaan mobile dan di negeri antah berantah sana, kita tak pernah tahu soal ketersediaan colokan.

Jadi, pilihlah notebook dengan prosesor irit daya seperti halnya ASUS EeeBook E202 ini.

 

Baterai

Baterai merupakan hal yang terkait erat dengan performa. Percuma memiliki baterai besar jika prosesornya boros daya. Sebaliknya, cukup dengan baterai kapasitas kecil, notebook bakal tahan lama karena prosesornya irit. Mengapa tidak besar dan irit sekalian? Duh, serakah amat sih, mau semuanya.

Baterai besar jelas akan berpengaruh ke bobot total notebook. Jika memang mobilitas yang diutamakan, bobot ini akan menjadi hal yang sensitif.

ASUS EeeBook E202 dilengkapi dengan baterai 3 cell, kapasitas total 48 Whrs, mampu menyeimbangkan antara kapasitas dan bobot. Dengan baterai ini, ASUS EeeBook E202 sanggup bertahan 8 jam sepanjang digunakan dengan cara normal.

 

Bobot Yang Ringan

Karena bakal banyak digunakan untuk mobile, sudah tentu bobot yang ringan kudu jadi pertimbangan utama saat memilih notebook. Maksimal 1,5 kg lah kalau mau nyaman. Dan kebetulan ASUS EeeBook E202 ini bobotnya cuma 1,2 kg. Dimasukkan ke dalam tas masih sisa banyak, apalagi tas ibu-ibu yang terkenal memiliki kapasitas super duper lega meski nampak berukuran tak seberapa.

Oh ya, dengan bobot cuma 1,2 kg tersebut, tentu ukuran notebook ini menjadi mungil. Layarnya berukuran 11,6 inci dan bila diletakkan di atas kertas A4, kertasnya masih bisa dilihat. Ini pasti akan sangat membantu jika digunakan di café yang mejanya sempit.

ASUS EeeBook E202

 

Body Menarik

Menggunakan notebook saat mobile itu, di samping untuk tetap menjaga produktivitas dan kreativitas, diperlukan juga untuk mendongkrak rasa percaya diri. Udah “repot” bawa notebook, eh gak dilirik orang, khan ya gimanaaa gitu.

Karena itu pilihlah notebook yang memiliki prejengan menarik. (Gak tahu arti prejengan? Googling deh). Kebetulan sekali ASUS EeeBook E202 ini memiliki desain body yang cantik dan tersedia dalam berbagai pilihan warna menarik, yaitu Silk White, Dark Blue, Lightning Blue, dan Red Rouge. Cewe mungkin jauh lebih mudah membayangkan warna-warna tersebut, kalau buat cowo, sini saya terjemahkan: putih, biru tua, biru muda, dan merah.

ASUS EeeBook E202

 

Senyap

Senyap? Ya, biar gak malu-maluin kalau pas dibawa ke perpustakaan gitu. Kalau di café sih memang biasanya ribut, jadi bunyi-bunyian dari notebook gak bakal terdengar. Tapi kalau kebetulan dibawa ke perpustakaan khan ya terlalu menarik perhatian dengan cara yang salah.

Salah satu hal yang membuat notebook itu berisik adalah adanya kipas sebagai pengusir panas. Selain berisik, udara panas yang terdorong keluar oleh kipas itu kadang memberi sensasi hangat ke tangan. Ya kalau lagi butuh kehangatan. Kalau tidak khan malah bikin emosi.

Tapi jika tanpa kipas, apakah tidak panas? Nah itu pentingnya pemilihan prosesor yang tepat, seperti sudah dibahas tadi. Tak perlu terlalu gahar, yang penting bisa memenuhi beban kerjanya, dan tidak menimbulkan panas berlebihan. Lagipula, kebanyakan tablet juga tidak menggunakan kipas, toh gak masalah juga.

Apakah ASUS EeeBook E202 memenuhi kriteria ini? Ojelas!

 

Nyaman Dioperasikan

Bagi orang yang terbiasa menggunakan PC seperti saya, beralih menggunakan notebook seringkali terbentur pada masalah kenyamanan pengoperasian. Maklum, ukuran keyboard notebook biasanya relatif lebih kecil daripada keyboard PC, plus tidak adanya mouse. OK, mouse sih bisa dibeli ya, namun jika notebook itu sendiri tidak menawarkan kenyamanan pengoperasian tanpa mouse, sebaiknya dipikir-pikir lagi untuk membelinya.

ASUS EeeBook E202 memiliki keyboard chiclet yang ukurannya full sized alias (nyaris) sama dengan ukuran keyboard PC minus numpad, sehingga dijamin tak terlalu kagok saat beralih dari PC ke notebook maupun sebaliknya. Jika kebetulan sedang tidak membawa mouse, touch pad ASUS EeeBook E202 memiliki sensitivitas bak layar hape, sehingga serasa Anda menggunakan Zenfone sebagai touch pad-nya. Tambah lagi, luas touch pad tersebut 36% lebih lapang dibandingkan notebook sejenis. Tak lupa, gestur tertentu bisa diterapkan pada touch pad sehingga benar-benar serasa mengoperasikan Zenfone.

ASUS EeeBook E202

 

Konektivitas

Kemampuan untuk terkoneksi ke internet dan device lain tentu kudu dipertimbangkan dalam membeli notebook. WiFi jelas kudu ada, sukur kalau ada slot SIM. Lalu port USB dan multimedia juga perlu ada. Bluetooth juga bagus bila ada.

Apakah ASUS EeeBook E202 ini cukup lengkap soal konektivitas? Cuma minus slot SIM doang sih. Tapi apakah ya segawat itu hingga perlu slot SIM? Saya pikir tidak. Kalau kepepet gak ada WiFi, hapenya khan bisa dipakai tethering.

Salah satu port USB malahan tersedia dalam model USB Type C yang makin menambah efisiensi karena Anda tidak perlu memikirkan arah colokannya. Pasti masuk. Tambahan lagi, versi USB-nya adalah 3.1 yang memiliki kecepatan transfer 11 kali lipat USB 2.0.

 

Kebebasan OS

Meskipun Windows 10 merupakan sistem operasi favorit, namun kudu diakui ada beberapa orang yang lebih suka menggunakan yang lain, Linux misalnya. Saat membeli notebook, pastikan Anda bisa memilih untuk membeli notebook yang telah berisi sistem operasi Windows atau “kosong”. Yang kosong ini biasanya diisi dengan DOS versi free, daripada benar-benar kosong sama sekali.

ASUS EeeBook E202 memang menyediakan dua pilihan, yaitu yang telah memiliki Windows 10 dan yang hanya berisi DOS. Tentu saja ada perbedaan harga. Setidaknya sudah tersedia pilihan bagi pengguna OS selain Windows, Anda tak perlu membeli lisensinya.

 

Kesimpulan

Nah, mengacu pada kriteria-kriteria yang sudah saya bahas tadi, tak perlu pikir panjang lagi, ASUS EeeBook E202 cocok untuk dipilih sebagai notebook untuk menuntaskan pekerjaan ringan saat sedang mobile. Produktivitas dan kreativitas tak boleh padam saat sedang mobile, kudu dijaga hangat, dan ASUS EeeBook E202 adalah pilihan tepat.

 

Blog Competition ASUS E202 by uniekkaswarganti.com

Follow me on social media:

Similar Posts

3 Comments

Leave a Reply to deddyhuang.com Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *