Tak Terasa 20 Tahun Telah Berlalu

Membaca judul posting ini, kira-kira apa hayo yang sudah 20 tahun? :mrgreen:

Usia pernikahan? Hehe, ngawur! Saya belum setua itu. (hassle)

Lalu? 20 tahun adalah rentang waktu sejak saya “nembak” pacar saya hingga hari ini, 2 Mei 2010. (heart)

Saya kenal Yuli sejak sekitar bulan April 1989. Waktu itu ada acara kemah bersama yang diikuti seluruh siswa kelas 1 dan 2 SMA. Saya dan Yuli waktu itu sama-sama masih kelas 1 dan beda kelas, tapi waktu kemah itu, kami berada dalam 1 kelompok yang sama.

Dan apa yang terjadi waktu itu? Naksir-naksiran? Jatuh cinta pada pandangan pertama? Ah, bukaaaan. (lol)

Pertama kali (dan satu-satunya) kontak yang terjadi antara saya dan Yuli saat kemah itu adalah … bertengkar! (idiot) Sepele sih sebenarnya, hanya gara-gara salah paham soal piring yang akan digunakan untuk makan siang.

Setelah itu, sepanjang sisa tahun ajaran itu, hanya dua kali saya kontak dengan Yuli, yaitu saat dia meminjam buku paket Kimia dan saat mengembalikannya. (haha) Meminjam buku saya itupun bagi dia kepepet karena saat itu kebetulan cuma saya yang bawa, wong hari itu sebenarnya ndak ada pelajaran Kimia di kelas saya. Saya sendiri ndak ingat kenapa hari itu bawa buku Kimia.

Agak mengherankan juga kalau mengingat bahwa sebenarnya sepanjang kelas 1, seminggu sekali kami berada di kelas yang sama, kelas Agama. Tapi saya ndak pernah menyadari kehadirannya. (doh)

Nah, begitu naik kelas 2, ndak disangka-sangka ternyata saya sekelas sama dia. Waktu hari pertama masuk, saya sempat mikir “doh, kok ya sekelas sama dia”. Bahkan saat itu namanyapun saya lupa. Kebangetan. (taser) Sinetron banget ya. (lol)

Eh, ternyata setelah kami mulai banyak ngobrol, kok nyambung juga. Dan kamipun mulai jadi teman dekat. Betulaaaan, cuma teman dekat. (hassle)

Kalau pepatah Jawa bilang “witing tresna jalaran saka kulina” yang artinya “cinta tumbuh karena terbiasa (bertemu)”, mungkin benar juga. Lama-lama ada yang ndak beres sama saya. Sehari aja gak ketemu kangen, makan tak nyenyak tidur tak enak.

Saya yakin sebenarnya Yuli pasti sadar akan perubahan sikap saya. Bukan sekedar teman dekat lagi tapi lebih daripada itu. Tapi kok ya dia tidak menjauh gitu. (hassle)

Beberapa hari menjelang 2 Mei 1990, saya bilang ke dia, sebenarnya arah relasi ini mau di bawa ke mana. Dia bilang mau pikir-pikir dulu.

2 Mei 1990, dia balik “nantang” saya. Ya sudah, saya “tembak” dia. Mulut ini berat banget untuk dibuka, lidah kelu. Tapi akhirnya saya bisa utarakan juga perasaan itu. Saat menunggu jawabannya, rasanya lamaaaaa sekali, padahal paling beberapa menit saja.

Dan kisah ini berakhir happy ending karena “tembakan” saya diterima. Horeeee, saya punya pacar. (dance)

BTW, kalo cerita ini saya bikin novel, kira-kira ada yang mau baca gak yaaaa? (evilsmirk)

Follow me on social media:

Similar Posts

31 Comments

  1. Wah, selamat ya mas, romantis sekali alur kisah pertemuannya. Kalau dijadikan Novell saya yang akan menjadi orang pertama yang memesan, apalagi kalau ada bumbu-bumbu pertengkaran.

    Jadi ingat waktu pertama nembak mamanya Zeze Vavai, 😀

    Salam deh buat Yuli-nya, kok mau sih sama Yahya, bukannya Yuli biasanya partner sama Romi, hehehe…

  2. hihihihi…gokil jg,pak critanya…
    april 1989?? tgl brp ya tepatnya?? klo tgl 8 april,,pas bgt sm hari kelahiran sy…^^

  3. saya baca kok 😀
    […]Saya sendiri ndak ingat kenapa hari itu bawa buku Kimia.[…]
    mungkin namanya jodoh, ya? 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *